Tuesday, February 14, 2017

Teori Hegemoni Gramsci

Memahami teori Gramsci mengharuskan kita untuk mereview argumen-argumen dan asumsi-asumsi dasar Marxist. Buah pikir Gramsci dipengaruhi oleh dasar pemikiran Karl Marx mengenai :

determinasi ekonomi

Segala sesuatu dalam kehidupan ditentukan oleh KAPITAL. Perputaran uang mempengaruhi hubungan kita dengan orang-orang di sekeliling kita, alam dan juga dunia kita. Pikiran dan tujuan kita adalah produk dari stuktur properti. Setiap aktivitas kultural (kultur dalam tataran luas) diturunkan pada konten ekonomi yang mengkontrol atau yang mendahului secara langsung atau tidak langsung. Lelaki, contohnya, mereka menemukan diri mereka terlahir dalam sebuah proses independen atas keinginan mereka. Mereka tidak bisa mengkontrol itu, mereka hanya bisa mencari jawaban untuk semakin mengerti kondisi tersebut dan mencari arahan bagaimana mereka harus bertingkah laku sepantasnya.

“In the social production of their life, men enter into definite relations that are indispensable and independent of their will; these relations of production correspond to a definite stage of development of their material forces of production. The sum total of these relations of production constitutes the economic structure of society – the real foundation, on which rises a legal and political superstructure and to which correspond definite forms of social consciousness. The mode of production of material life determines the social, political and intellectual life process in general. It is not the consciousness of men that determines their being, but, on the contrary, their social being that determines their consciousness. At a certain stage of their development, the material productive forces in society come in conflict with the existing relations of production, or – what is but a legal expression for the same thing – with the property relations within which they have been at work before. From forms of development of the productive forces these relations turn into fetters. Then begins an epoch of social revolution. With the change of the economic foundation the entire immense superstructure is more or less rapidly transformed. In considering such transformations a distinction should always be made between the material transformation of the economic conditions of production, which can be determined with the precision of natural science, and the legal, political, religious, aesthetic or philosophic – in short, ideological forms in which men become conscious of this conflict and fight it out. Just as our opinion of an individual is not based on what he thinks of himself, so we can not judge of such a period of transformation by its own consciousness; on the contrary, this consciousness must be explained rather from the contradictions of material life, from the existing conflict between the social productive forces and the relations of production. No social order ever disappears before all the productive forces for which there is room in it have been developed; and new, higher relations of production never appear before the material conditions of their existence have matured in the womb of the old society itself. Therefore, mankind always sets itself only such tasks as it can solve; since, looking at the matter more closely, we will always find that the task itself arises only when the material conditions necessary for its solution already exist or are at least in the process of formation. In broad outlines we can designate the Asiatic, the ancient, the feudal, and the modern bourgeois modes of production as so many progressive epochs in the economic formation of society. The bourgeois relations of production are the last antagonistic form of the social process of production – antagonistic not in the sense of individual antagonism, but of one arising from the social conditions of life of the individuals; at the same time the productive forces developing in the womb of bourgeois society create the material conditions for the solution of that anatgonism. This social formation constitutes, therefore, the closing chapter of the prehistoric stage of human society.” (Preface to ‘A Contribution to the Critique of Political Economy’ (1859))

pertentangan kelas

“The history of all hitherto existing society is the history of class struggles.”- (The Communist Manifesto, Chapter 1)
Kedinamisan masyarakat hanya dapat dimengerti dalam sistem dimana ide-ide yang mendominasi diformulasikan oleh kelas yang memerintah untuk mengamankan kontrol kelas pekerja. Kemudian kedinamisan ini tentunya akan mencoba untuk mengubah situasi ini (melalui revolusi). Mereka akan memproduksi ide-ide mereka sendiri seperti industri dan organisasi politik mereka sendiri.

base / super structure – dasar / struktur super

konsep determinasi ekonomi Marx membagi masyarakat menjadi 2 lapisan: “base” dan “superstructure”. Lapisan “base” mempunyai komposisi produksi material, uang, objek, hubungan dengan produksi dan kekuatan produktif. Dunia nyata, ditambah dengan hubungan ekonomi yang membangkitkan kapital. Lapisan kedua, “superstructure”, ditentukan oleh institusi politis ideologis, hubungan sosial kita, seperangkat ide, budaya, harapan, mimpi dan semangat kita. Dunia jiwa dibentuk oleh kapital.

Menurut Marx, kita dapat mengerti “super strusktur” melalu tiga pengertian:
  • ekspresi legal dan politis yang mengekspose hubungan produksi yang nyata ada.
  • Bentuk kesadaran yang mengekspresikan pandangan kelas tertentu tentang dunia
  • proses dimana masyarakat menjadi sadar akan konflik ekonomi fundamental dan melawannya.

Secara umum, Marx dipercaya bahwa Marx memproposisikan hubungan “satu arah” antara ekonomi (bawah) dan ide-ide (atas) sebagai sistem yang kaku dan kejam. Namun fakta ini tidak begitu jelas terkupas dalam buku Marx maupun Engel.


Gramsci dan Konsep Hegemoni

Gramsci adalah orang yang mulai menyadari mengapa kelas pekerja tidak lah harus menempuh jalan revolusioner, mengapa malah memberi jalan pada fasisme (Gitlin, 1994:516) Pada saat itu fasisme bangkit dan Gramsci mengamati kegagalan pergerakan kelas pekerja Eropa Barat [pada akhir tahun 20an dan 30an]. Gramsci memperhatikan penghapusan determinisme ekonomi dari Marxisme dan juga membangun kekuatan yang mempunyai tanggung jawab pada institusi superstruktural. Sehingga ia berpegangan pada bahwa pertarungan kelas harus selalu melibatkan ide-ide dan ideologi-ideologi. Ide-ide yang akan membuat revolusi dan juga yang akan mencegahnya.

Gramsci menekankan pada peran yang dilakukan oleh agen manusia dalam perubahan sejarah, krisis ekonomi dengan sendirinya tidak akan menumbangkan kapitalisme.

Gramsci lebih “dialektik” dari pada “deterministik”; ia mencoba untuk membangun sebuah teori yang dikenal sebagai otonomi, kemandirian, dan pentingnya budaya dan ideologi.

“It can be argued that Gramsci’s theory suggests that subordinated groups accept the ideas, values and leadership of the dominant group not because they are physically or mentally induced to do so, nor because they are ideologically indoctrinated, but because they have reason of their own.” (Strinati, 1995: 166)

Dari pandangan Gramsci, suprimasi kaum bourgeois didasarkan pada dua fakta yang sama-sama penting yaitu dominasi ekonomi dan kepemimpinan intelektual dan moral.

Apakah hegemoni ?

Sebuah kelas dikatakan telah berhasil, jika ia berhasil mempengaruhi kelas masyarakat yang lain untuk menerima nilai-nilai moral, politis dan kultural. Konsep ini mengasumsikan sebuah konsen sederhana oleh mayoritas populasi untuk arah tertentu yang diusulkan oleh mereka dengan kekuatan. Bagaimanapun juga konsen ini tidak selalu aman dan damai, malahan dapat mengkombinasikan kekuatan psikis atau koersi dengan pancingan atau dorongan intelektual, moral dan kultural. Konsen ini dapat dipahami sebagai “common sense”, sebuah alam budaya dimana ideologi dominan dipraktekkan dan tersebar. Sesuatu yang muncul dari perlawanan kelas sosial dan membentuk serta mempengaruhi pikiran orang. Itulah hegemoni, hegemoni adalah seperangkat ide-ide sebagai alat yang digunakan oleh kelompok dominan untuk memperjuangkan kepentingan kelompok subordinat dalam kepemimpinan mereka.

Hegemoni bukan strategi eksklusif kaum bourgeois
Kelas pekerja dapat membangun hegemoninya tersendiri sebagai strategi untuk mengkontrol negaranya (atau pemerintahannya). Namun, Gramsci menyatakan bahwa satu satunya cara untuk menunjukkan kontrol kelas pekerja adalah dengan menarik perhatian kelompok lain dan kekuatan sosial lain dan juga menemukan cara mengkombinasikan dengan kepentingan mereka.

Jika kelas pekerja ingin meraih hegemoni, maka ia harus secara sabar membangun kerjasama dengan minoritas sosial yang ingin beraliensi. Koalisi baru ini harus hormat pada otonomi dari pergerakan, jadi setiap kelompok dapat membuat kontribusi khusus pada kelompok sosialis. Kelas pekerja harus menyatukan perjuangan demokratik melawan kelas kapital, sehingga akan memperkuat keinginan kolektif.

Mempertahankan hegemoni dari waktu ke waktu
Hegemoni secara konstan disesuaikan dan direnegosiasikan. Gramsci mengatakan bahwa hegemoni tidak dapat didapat begitu saja. Pada fase pasca revolusioner (ketika kelas pekerja telah mendapatkan kontrol) fungsi kepemimpinan hegemik tidak hilang tetapi merubah karakternya.

Namun, Gramsci menyebutkan dua mode berbeda kontrol sosial:
  1. kontrol koersif : termanifestasi melalui kekuatan langsung atau ancaman (dibutuhkan oelh sebuah kepemimpinan ketika kepemimpinan hegemonik rendah atau lemah)
  2. kontrol konsesual : muncul ketika individu secara seukarela berasimilasi dengan pandangan dari kelompok yang mendominasi (= kepemimpinan hegemonik)

Secara periodikal biasanya dalam sebuah organisasi terjadi krisis dimana kelompok yang sedang memimpin mulai disintegrasi dan perpecahan. Celah ini menjadi kesempatan yang baik bagi kelas subordinat untuk transcent batasan-batasannya kemudian membangun sebuah pergerakan besar yang mampu menantang “kehendak” yang bercokol dan kemudian meraih hegemoni. Tetapi, jika kesempatan itu tidak diambil, maka kekuatan seimbang akan kembali pada kelas dominan, yang akan membangun kembali hegemoninya dengan pola baru, bahkan diperkuat dengan aliansi yang baru.

Kekerasan bukanlah satu satunya jalan untuk mencapai dominasi hegemoni. Cara menantang dominasi hegemoni adalah aktifitas politik. Tetapi kita harus mengerti sebuah perbedaan yang diungkapkan oleh Gramsci bahwa ada 2 macam strategi politik yang berbeda untuk meraih kapitulasi predominasi hegemoni dan konstruksi masyarakat sosialis : yaitu serangan langsung (frontal attack) atau perjuangan panjang (long struggle).

Yang pertama, serangan frontal, tujuan intinya adalah untuk menang dengan cepat. Cara ini direkomendasikan untuk masyarakat dengan kekuatan negara yang tersentralisasi dan terdominasi, dimana negara telah gagal membangun hegemoni yang kuat diantara masyarakat sipil. Contohnya, revolusi Bolshevik di tahun 1917.

Yang kedua, kekuatan sosial mendapatkan kontrol melalui perjuangan budaya dan ideologis, selain kontes politis dan ekonomis. Direkomendasikan bagi masyarakat kapitalisme barat liberal demokrat (negara lemah tetapi hegomoni kuat). Contohnya, italia. nEgara seperti ini mempunyai masyarakat sipil yang lebih ekstensif yang membutuhkan strategi panjang dan kompleks.

Hegemoni, Budaya dan Ideologi

Budaya adalah keseluruhan proses sosial, dimana perempuan dan laki-laki menentukan dan membentuk kehidupan mereka. Sementara, ideologi adalah sistem makna dan nila, ideologi adalah ekpresi atau proyeksi atas kepentingak kelas tertentu. Bentuknya tidak disadari, dapat diekspresikan dan dikontrol.

“hegemoni” goes beyond “culture”, mungkin term inilah yang menjelaskan kaitan diantara ketiganya. Keseluruhan proses sosial memberikan dostribusi pada kekuatan dan pengaruh. Orang mendefinisikan dan membentuk dunia mereka sendiri berdasarkan dari abstraksi yang mereka buat. Hanya benar secara parsial. Dalam masyrakat aktual manapun ada perbedaaan spesifik dalam pemaknaan demikian jua kapasitas untuk memahami proses ini. Gramsci memperkenalkan rekognisi dominasi dan subordinasi sebagai proses keseluruhan.

Jadi, yang dikemukakan dalam pikiran, pertama anda akan membangun kelas dan mengkonkritkan ideologi berdasarkan kepentingan anda yang akan mendominasi seluruh masayrakat karena pengaruh yang tidak bisa dihindari dari relasi kapitalis. Seperangkat ide ini akan menggantikan hegemono yang diekspresikan oleh syaraf budaya. Jika asumsi ini benar, maka kita dapat mengkonklusikan bahwa media adalah instrumenuntuk mengekspresikan ideologi dominan sebagai bagian integral dari lingkungan budaya.

Terimkasih sudah berkunjung, mari berdiskusi di blog kami. Kajian Politik itu seru dan dinamis. Jadi, lihatlah disekeliling anda, fenomena politik akan senantiasa kita jumpai.
EmoticonEmoticon