Saturday, November 7, 2015

Teori Marketing Politik


Marketing politik merupakan serangkaian aktivitas terencana, taktis, berdimensi  jangka panjang  dalam menyebarkan makna politik  kepada pemilih (Nursal, 2004). Tujuannya untuk membentuk dan menanamkan harapan, sikap, keyakinan, dan orientasi perilaku pemilih, agar menjatuhkan pilihannya pada kandidat atau partai tertentu secara konsisten. 

Layaknya pemasaran dalam ilmu ekonomi, dimana pola komunikasi terbagi menjadi dua yakni produsen dan konsumen. Ilmu marketing merupakan cara bagi produsen untuk meyakinkan konsumennya (masyarakat) untuk memilih produk yang dipasarkannya, Maka dalam hal ini pola komunikasi yang aktif menjadi kunci dalam kesuksesan pemasarannya. Begitupun dengan strategi marketing politik yang dijalankan oleh seorang komunikator politik harus piawai dalam menentukan dan memikat hati pemilih sehingga mendapat dukungan masyarakat.

Bruce I. Newman dan Richard M Perloff dalam tulisannya Political Marketing : Theory, Research, amd Aplication yang dikutif Prisgunanto (2008) mendefinisikan marketing politik sebagai aplikasi prinsip-prinsip pemasaran dalam kampanye politik yang beraneka ragam individu, organisasi, prosedur-prosedur dan melibatkan analisis, eksekusi dan strategi manajemen kampanye oleh kandidat atau partai politik untuk mengarahkan opini publik (Cangara, 2009).

Dalam konteks aktivitas politik, pemasaran politik yang dimaksudkan adalah penyebarluasan informasi tentang kandidat, partai, dan program yang dilakukan oleh aktor politik melalui saluran-saluran komunikasi tertentu yang ditujukan kepada sasaran tertentu dengan tujuan mengubah wawasan, pengetahuan dan perilaku pemilih sesuai keinginan komunikator.

Dari definisi diatas, dapat terlihat jelas bahwa marketing dalam aktivitas politik memiliki peranan penting, khususnya dalam membangun pola komunikasi antara politikus atau institusi politik dengan konstituennya. Marketing dalam arti filosofis adalah mekanisme pertukaran ide antara dua belah pihak atau lebih. Antara kontestan atau politikus dengan konstituen terdapat pertukaran ide, gagasan, ideologi dan program kerja. Politikus dan partai politik mencoba menyusun program kerja yang sesuai dengan harapan masyarakat, selain itu program kerja juga perlu dikomunikasikan dan mendapat umpan balik (feedback) dari masyarakat, sehingga terbentuk hubungan yang relasional (Firmanzah, 2012).

Akan tetapi marketing politik bukanlah konsep menjual partai politik atau politikus kepada pemilih, namun sebuah konsep yang menawarkan bagaimana sebuah partai politik dan politikus dapat membuat  program yang berhubungan dengan permasalahan aktual, konsep permanen yang dilakukan secara continue dalam membangun kepercayaan publik, melalui hubungan relasional yang panjang bukan hanya saat pemilu semata (Andrias, 2013).

Hubungan dua arah ini disebut dengan hubungan iterasi sebagaimana dikemukakan oleh Giola dan Chittipeddi (dalam Firmanzah, 2012) dimana kedua belah pihak terlibat untuk membangun pemahaman bersama yang membentuk pola komunikasi yang disebut dengan istilah sense-making dan sense-giving politik. Berikut gambaran bagan pola komunikasi iterasi : 



Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa marketing politik adalah bagaimana mengemas pencitraan, kepribadian seorang tokoh politikus yang berkontestasi dalam pemilihan umum kepada masyarakat luas untuk mendistribusikan nilai (value) politis, orientasi visi, program populis, dan menciptakan harapan dan keyakinan di masyarakat untuk memilihnya berdasarkan kepercayaan permanen (loyalitas).

Penulis : Yoghi Kurniawan Prathama, S.IP.

Daftar Bacaan:

Andrias, Ali. 2013. Partai Politik dan Pemilukada (Analisis Marketing Politik dan Strategi Positioning Partai Politik dalam Pemilukada Kab,Tasikmalaya. Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol.1 No.3 : 352-372. 

Firmanzah, (2012). Marketing Politik (Antara Pemahaman dan Realitas).Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 

 _________,( 2011). Mengelola Partai Politik (Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi. Jakarta :Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 

Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik (Konsep, Teori, dan Strategi). Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.  

Nursal, Adnan. (2004). Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD,Presoden.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka

3 comments

mantap gan (y) semangat terus gan

Nice artikel, sangat membantu tugas kuliah (y)

marketing politik pada intinya harus menjalin komunikasi antara calon dan konstituen pasca terpilih, bukan hanya sebelum terpilih. karena keberlanjutan komunikasi adalah buah dari marketing politik yang benar

Terimkasih sudah berkunjung, mari berdiskusi di blog kami. Kajian Politik itu seru dan dinamis. Jadi, lihatlah disekeliling anda, fenomena politik akan senantiasa kita jumpai.
EmoticonEmoticon