Tuesday, February 14, 2017

Imam Khomeini dan Kebangkitan Ajaran Islam

Dalam beberapa hari ini, suasana di Iran akan disemarakkan dengan suasana peringatan kemenangan revolusi Islam Iran. Sebagaimana diketahui, awal Februari 1979, Imam Khomeini tiba di Teheran setelah menjalani masa-masa pengasingan yang panjang di Irak, Turki, dan Perancis. Kedatangannya di Teheran disambut rakyat Iran yang sudah menyatakan kesiapannya menggelorakan revolusi Islam. Setelah digelar berbagai aksi demo selama sepuluh hari, Imam Khomeini berhasil menumbangkan pemerintahan despotik Syah Iran.



Fenomena kebangkitan Islam dalam beberapa tahun terakhir ini terasa begitu nyata, dan bisa dikatakan merupakan fenomena yang tidak pernah terjadi selama satu abad terakhir ini. Meskipun di kalangan internal agama Islam masih tetap bermunculan berbagai aliran dan pemikiran, akan tetapi kebangkitan Islam seakan menjadi kalimat ajaib yang menjadi pemersatu berbagai aliran yang ada. Saat ini, sangat sulit menemukan adanya tempat di dunia, dan di tempat itu tidak ada suara-suara gerakan kebangkitan Islam.

Kebangkitan yang disertai dengan pemahaman dan ma'rifat adalah langkah menuju kehidupan yang lebih baik. Kalau mau kita lihat ajaran agama, maka kita akan mengetahui bahwa agama juga mengajarkan manusia untuk menggapai kehidupan yang lebih baik tersebut. Allah melalui para rasul-Nya selalu mengajak manusia agar mereka belajar apa saja yang bisa menjadi petunjuk bagi kehidupan yang bahagia. Dari sisi ini, kita bisa menyimpulkan bahwa kebangkitan Islam bisa berarti upaya menghidupkan kembali ajaran agama, khususnya terkait dengan independensi, keadilan, dan berbagai ajaran utama lainnya.

Banyak sekali pengamat dunia, termasuk di antaranya Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Uzhma Sayid Ali Khamenei, yang meyakini bahwa titik awal kebangkitan agama Islam di era modern ini adalah Revolusi Islam Iran di bawah pimpinan Imam Khomeini. Mohamad Husein Huda, seorang cendekiawan Muslim yang tinggal di Austria menyatakan, "Seandainya harus ditentukan titik sejarah yang menjadi tumpuan kebangkitan Islam dunia, maka titik itu adalah tahun 1979. Tidak ada yang bisa membantah bahwa Revolusi Islam Iran telah menjadi faktor utama bangkitnya pemikiran Islam di dunia."

Pernyataan yang mirip disampaikan oleh BBC dalam sebuah tayangan dokumenter yang dibuat bersamaan dengan pergantian abad dari abad 20 ke abad 21. Saat menyampaikan analisis terkait Revolusi Islam Iran, BBC menyatakan bahwa apa yang terjadi di Iran tahun 1979 tidak hanya mengubah sejarah bangsa Iran yang Muslim, melainkan juga berpengaruh secara signifikan bagi ummat beragama di seluruh dunia. Bagi kaum muslimin, Revolusi Islam Iran telah membangkitkan kesadaran ummat Islam untuk kembali kepada prinsip-prinsip agama mereka. Kebangkitan tersebut bahkan menular ke Turki yang selama 70 tahun, kehidupan beragama warga Muslim di negara itu diberangus oleh pemerintah setempat. Pengaruh yang juga tidak terduga merembet ke agama-agama lainnya. Di seluruh dunia, para pengikut agama Kristen, Yahudi, Hindu, dan agama-agama lainnya berlomba-lomba kembali kepada ajaran fundamental agama mereka masing-masing.

Michael Foucault yang pernah berkunjung ke Iran pada saat Revolusi Islam berlangsung, menulis, “Dalam peistiwa Revolusi Iran, terjadi hal yang sangat menakjubkan, yang tidak akan bisa ditemui di Cina, Vietnam, atau Kuba, yaitu gelombang besar yang terjadi tanpa peralatan militer dan partai. Peristiwa Revolusi Iran pun tidak sama dengan revolusi tahun 1968 di Aljazair. Selama masa tinggal saya di Iran, saya menanyakan kepada orang-orang awam, apakah yang kalian inginkan? Setiap empat dari lima orang akan menjawab: pemerintahan Islam. Banyak yang mengatakan bahwa definisi pemerintahan Islam itu sendiri tidak jelas, namun, saya menemukan jawaban bahwa Al Quran telah mengajarkan jalan kepada orang-orang Iran itu jauh sebelum adanya para filosofis Barat. Jika orang Barat telah kehilangan makna, maka Islam selalu tahu bagaimana melindungi nilai-nilainya.”

Arnold Toynbee, penulis ternama Inggris, dalam bukunya yang berjudul "Civilization on Trial" (Peradaban dalam Masa Percobaan) telah meramalkan akan munculnya revolusi Islam yang kemudian mempengaruhi seluruh dunia. Dalam buku yang ditulisnya tahun 1948 itu Toynbee menulis, "Saat ini, gerakan Islam memang sedang tidur. Hanya saja tetaplah harus diwaspadai kemungkinan bangkitnya gerakan kebangkitan orang-orang tertindas melawan kekuasan Barat. Jika ditengah-tengah mereka sampai ada seorang pemimpin yang muncul, maka kaum muslimin akan bangun dari tidur panjangnya. Gelegak kebangkitan itu bisa berubah menjadi sebuah gerakan revolusi Islam, Saat itulah Islam akan kembali ke panggung sejarah dunia untuk mementaskan peranan yang menentukan."

Apa yang diprediksikan Toynbee itu bisa dilihat dengan jelas pada gerakan Revolusi Islam Iran yang digelorakan oleh Imam Khomeini. Revolusi Islam Iran memang menjadikan perlawanan kepada hegemoni Barat sebagai slogan utamanya. Dengan hanya mengandalkan dukungan dari rakyat biasa dan berlandaskan kepada nilai-nilai murni ajaran Islam, revolusi ini dengan lantang berani melawan kekuatan superpower dunia saat itu. 

Perlahan tapi pasti, kebangkitan Revolusi Islam Iran itu merembet ke seluruh dunia. Mereka ingin meniru kebangkitan yang ditunjukkan bangsa Iran di bawah pimpinan Imam Khomeini. Makin banyak yang percaya bahwa kekuatan rakyat dan iman akan menjadi senjata sangat ampuh melawan penindasan. Di Lebanon, para pemuda Muslim Hezbollah dengan gagah berani berhasil mengusir serdadu Zionis Israel yang dipersenjatai dengan alat-alat perang super canggih, dalam perang selama 33 hari. Padahal, senjata para pejuang Hezbollah terhitung sangat sederhana.

Di Palestina juga gelora perlawanan intifadha mendapat tempat paling terhormat di hati rakyat kawasan ini. Akibatnya mimpi Zionis untuk mendirikan negara Israel Raya yang membentang dari Sungai Nil di Mesir hingga Sungai Eufrat di Irak, semakin jauh dari kenyataan. Kawasan Palestina Pendudukan atau yang dikenal dengan nama Israel, sudah bukan lagi tempat tinggal yang nyaman bagi orang-orang Zionis. Karenanya tidaklah heran jika eksodus arus balik migrasi warga Yahudi dari luar ke dalam kawasan Israel terus bertambah dari tahun ke tahun. Sementara itu, kelompok politik Palestina yang mengusung idealisme perlawanan bersenjata semakin diisukai rakyat Palestina. Terakhir, kelompok ini memperoleh kemenangan telak dalam pemilu parlemen. Kebangkitan dengan nafas yang sama meskipun dengan warna berbeda, bisa kita saksikan di berbagai kawasan Muslim dunia lainnya. 

Melihat fenomena semacam itu, muncullah berbagai macam ide pembungkaman gerakan. Di antaranya adalah konspirasi yang dibangun untuk menaklukkan Afghanistan dan Irak, dua negara yang secara persis mengapit Iran. Kedua negara yang sebelum ini sudah porak-poranda karena dipimpin oleh para diktator itu memang dengan mudah ditaklukkan. Akan tetapi, Barat di bawah pimpinan AS, seperti terjerumus ke dalam kubangan lumpur, terutama di Irak. Ruh kebangkitan Islam dan sentimen kebencian terhadap kesewenang-wenangan Barat sudah terlanjur menyebar. Akibatnya, aksi pendudukan atas Irak malah menambah besar problema yang dihadapi AS.

Dari sisi ini, tidak bisa disangkal betapa dahsyatnya pengaruh Revolusi Islam Iran yang dipimpin Imam Khomeini tersebut. Profesor Hamid Maulana, salah seorang cendekiawan Muslim terkemuka dunia, mengatakan, "Di dunia Barat, pasca abad renaissance, dan di dunia Islam, pasca zaman-zaman keemasannya dulu, tidak penah bisa ditemukan seorang tokoh penggerak revolusi seperti Imam Khomeini. Pemikiran dan gerakannya berpengaruh secara signifikan di seluruh dunia. Tidak ada kekuatan apapun yang ditakutinya. Lewat gaya hidupnya yang sederhana dan komitmennya yang kuat terhadap ajaran Islam, Imam Khomeini mengubah peta kekuatan politik di dunia."

Maulana juga berani memastikan bahwa legitimasi dan akseptabilitas Imam sebagai pemimpin politik ternama sudah sangat mendunia. Bahkan legitimasinya itu diakui juga oleh pihak-pihak yang memusuhinya. Dikatakannya bahwa dalam 6 atau 7 abad terakhir, tidak ada tokoh atau ulama yang ketokohannya mendekati atau menyamai Imam Khomeini. 

Terimkasih sudah berkunjung, mari berdiskusi di blog kami. Kajian Politik itu seru dan dinamis. Jadi, lihatlah disekeliling anda, fenomena politik akan senantiasa kita jumpai.
EmoticonEmoticon