Salah satu sumbangan
yang genuine, dari Ibnu Khaldun adalah teorinya mengenai Ashabiyah dan
perannya dalam pembentukan negara, kejayaan dan keruntuhannya. Konsep ashabiyah
ini merupakan poros utama dalam teori-teori sosial Ibnu Khaldun. Menurut ibnu
Khaldun ashabiyah lahir dari hubungan-hubungan darah (blood ties) dan
ikatan yang menumbuhkannya. Ikatan darah memunculkan perasaan cinta terhadap
saudara dan kewajiban untuk menolong dan melindungi mereka dari tindak
kekerasan. Semakin dekat hubungan darah dan seringnya kontak diantara mereka,
maka ikatan-ikatan dan solidaritas akan semakin kuat. Tetapi sebaliknya semakin
renggang hubungan tersebut maka ikatan-ikatan tersebut akan semakin melemah.
Adapun tugas
ashabiyah dalam kehidupan kemasyarakatan menurut Ibnu Khaldun sangat dominan.
Ashabiyahlah yang telah menjadi motor dari kekuasaan dan karena itu dapat
dikatakan yang menjadi penggerak utama dari sejarah manusia adalah ashabiyah.
Ibnu Khaldun berpandangan tujuan ashabiyah adalah untuk mewujudkan al-mulk,
karena ashabiyah mampu memberkan perlindungan, menumbuhkan pertahanan bersama,
sanggup mendsarkan tuntutan-tuntutan dan kegiatan lain. Dengan kata lain bahwa
tujuan dari ashabiyah adalah superioritas (at-taghalul al-mulk).
Dalam kehidupan
bernegara (nation), Ibnu Khaldun melihat terdapat dua kekuatan dominan
yang membentuk nasib-nasib mereka. Kekuatan pertama adalah kekuatan primitif
dan utama yang oleh Ibnu Khaldun disebut dengan Ashabiyah, atau
elemen-elemen pengikat masyarakat, solidaritas sosial atau perasaan kelompok
yang mampu menyatukan masyarakat, sebuah negara maupun sebuah kerajaan dan
dalam kelompok yang lebih luas, dapat disamakan dengan patriotisme. Akan tetapi
patriotisme dan ashabiyah bukanlah merupakan sinonim meskipun dalam bentuk yang
paling ekstrimnya, patriotisme adalah bentuk lain dari ashabiyah sebagaimana
yang digambarkan oleh Ibnu Khaldun.
Ashabiyah akan muncul
dan berkembang ketika perasaan untuk melindungi diri membangkitkan sense of
kindship (rasa kekeluargaan) yang kuat dan mendorong manusia untuk menciptakan
hubungan antara yang satu dengan yang lain. Hal ini adalah kekuatan vital bagi
suatu negara dimana dengannya, mereka akan tumbuh dan berkembang dan jika
melemah, maka mereka akan mengalami kemunduran. Kekuatan kedua adalah agama,
Ibnu Khaldun mengembangkan suatu solideritas yang tanpanya negara tidak akan
bisa eksis. Agama merupakan pendukung ashabiyah dan pada dasarnya juga
memperkuat ashabiyah, dengan kekuatan relegius ini bangsa arab dapat membangun
suatu peradaban yang besar.
Sungguh demikian,
menurut Ibnu Khaldun, apabila ashabiyah dan agama terhadap proses timbal balik,
maka peranan ashabiyah dalam mendapatkan politik akan sangat besar dan memiliki
kekuatan besar untuk menciptakan integritas kekuatan politik. Sebaliknya
apabila ashabiyat dan agama tidak beriringan maka kekuatan besarnya akan sirna
begitu saja
Terimkasih sudah berkunjung, mari berdiskusi di blog kami. Kajian Politik itu seru dan dinamis. Jadi, lihatlah disekeliling anda, fenomena politik akan senantiasa kita jumpai.
EmoticonEmoticon