Berbicara mengenai
pemikiran seorang tokoh, maka kita tidak bisa melepaskan diri dari dua hal
yaitu epistimologi dan teori. Secara garis besar ada dua aliran pokok dalam epistemologi.
Pertama adalah idealisme atau lebih populer dengan sebutan rasionalism,
yaitu aliran pemikiran yang menekankan pentingnya akal, idea sebagai sumber
ilmu pengetahuan, peran panca indera dinomor duakan. Sedang aliran yang kedua
adalah realism atau empiricism yang lebih menekankan pancaindera
sebagai sumber sekaligus alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan., sedang peran
akal dinomorduakan Dalam sejarah filsafat, Plato (427-347 SM) dan Aristoteles
(384-322 SM) merupakan prototype cikal bakal pergumulan antara kedua
aliran tersebut. Lalu dimanakan posisi Ibnu Khaldun diantara dua aliran
tersebut?.
Idealisme dan
realisme adalah bentuk–bentuk gaya berfikir atau dengan menggunakan istilah thougt
style. Seringkali konsep tersebut dipertentangkan dan seakan akan keduanya
tidak bisa didamaikan. Ibnu Khaldun menganggap kedua-duanya sama pentingnya.
Baginya apa yang harus terjadi sebenarnya sama dengan apa yang ada.
Namun keduanya harus dipisahkan, masing-masing harus ditempatkan pada tempatnya
tersendiri dan dijaga dari percampuradukan oleh bidang lain.
Ibnu Khaldun hidup
di abad ke-14, dalam setiap pemikiranya tidak bisa lepas dari keadaan masanya,
ia dipandang sebagai pemikir yang realis dan rasionalis, pemikirannya begitu
rasional disamping tidak mengabaikan naql. Pada dirinya terdapat
perpaduan antara rasio dan naql yang serasi. Menurut beberapa penulis,
ibnu khaldun adalah pengikut al-Ghazali, dan menurut sebagian yang lain ia
merupakan pengikut Ibnu Rusyd. Dengan kombinasi untuk dari kedua corak pemikiran
ini yang telah ada sebelumnya Ibnu Khaldun membangun teori yang sangat modern.
Dalam karyanya
Muqaddimah, Ibnu Khaldun membangun logika-logika yang realistik, sebagaimana
pengganti logika lama yang sangat idealistik. Ibnu Khaldun berbeda dengan
Machiavelli, sekalipun mereka membedakan diri dari intelektual sezaman mereka,
terutama dalam menghadapi peristiwa sosial sebagai kerangka acuan yang
benar-benar realistis. Machaivelli menolak idealisme dan menerima realisme,
sedangkan Ibnu Khaldun tidak meremehkan makna sesuatu yang ideal dan relegius.
Yang paling tidak disukainya adalah campur tangan idealisme agama dalam
masalah-masalah kehidupan yang nyata.
Terimkasih sudah berkunjung, mari berdiskusi di blog kami. Kajian Politik itu seru dan dinamis. Jadi, lihatlah disekeliling anda, fenomena politik akan senantiasa kita jumpai.
EmoticonEmoticon