Ibnu Khaldun adalah
seorang ahli pikir Islam yang jenius dan termasyhur dikalangan intelektual
modern. Dalam karya-karya Ibnu Khaldun dapat dilihat penguasaanya terhadap
berbagai disiplin Ilmu Pengetahuan, seperti sejarah, sosiologi, dan Politik,
sehingga tidak mengherankan apabila Ibnu Khaldun dikategorikan menjadi ahli
sejarah, sosiologi dan politik. Bahkan banyak orang yang mengatakan bahwa
Ibnu Khaldun adalah makhluk yang paling penting dan paling terhormat dalam alam
semesta.
Dalam mengemukakan
konsep politiknya Ibnu Khaldun tidak dapat lepas dari kenyataan yang dihadapi
dan dialaminya. Disatu pihak ia melihat ikatan-ikatan bermasyarakat, bernegara
dan berperadaban pada umumnya sebagai sesuatu yang berkembang terlepas dari
agama, tetapi dipihak lain Ibnu Khaldun adalah seorang muslim dan tentu saja
sangat mempengaruhi sikapnya dalam memandang masalah Tuhan, manusia dan
masyarakat. Walaupun begitu dalam catatan Deliar Noer, Ibnu Khaldun cukup
objektif dalam mengemukakan pemikiran-pemikirannya.
Tulisan ini akan
mencoba memberikan deskripsi mengenai konsep yang ditawarkan oleh Ibnu Khaldun
mengenai Negara dan pemerintah, dengan fokus kajian thesis utamanya mengenai Ashabiyah
dan perannya dalam pembentukan negara, kejayaan dan keruntuhannya. Kemudian
pada bagian akhir tulisan ini, penulis mencoba melihat dan mencermati lebih
mendalam relevansi teori dan pemikiran yang dibangun oleh Ibnu Khaldun terhadap
perkembangan negara modern.
Biografi dan Setting Sosial Ibnu
Khaldun
Ibnu Khaldun bernama
lengkap Waliudin Abdurrahman bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin Khaldun
al-Hadrami, lahir di Tunisia, 1 Ramadhan 732 H/ 27 Mei 1332 M. Ia berasal dari
Hadramaut (Yaman), dan silsilahnya sampai kepada salah seorang sahabat Nabi
Muhammad SAW, Wali bin Hujr dari Kabilah Kindah. Cucu Wali bernama Khalid bin
Usman memasuki daerah Andalusia pada abad ke-3 H. Anak cucu Khalid bin Usman
ini kelak membentuk keluarga bani Khaldun, asal nama Ibu Khaldun. Bani Khaldun
ini tumbuh dan berkembang di kota Qarmunah (Carmona) di Andalusia (Spanyol),
selanjutnya hijrah ke Isybilia (Sevilla), tempat banyak anak cucu Bani Khaldun menduduki
jabatan penting dalam pemerintahan.
Pada masa kecilnya
di Tunisia, ia belajar berbagai cabang Ilmu Pengetahuan, seperti mantik,
filsafat, fiqih, dan sejarah. Ia juga menghafal al-Qur’an serta mempelajari
ilmu bahasa dan tajwid. Guru pertamanya adalah ayahnya sendiri, dan selanjutnya
ulama Andalusia yang karena kemelut di Andalusia hijrah ke Tunisia, bersamaan
dengan naiknya Abu al-Hasan, Pemimpin Bani Marin (1347). Studinya terhenti
ketika tiba-tiba sebagian belahan dunia timur terjangkit wabah pes, pada 797 H/
1348 M, sehingga banyak tokoh politik dan ulama yang hijrah ke Andalusia.
Ibnu Khaldun
menghabiskan lebih dari dua pertiga umurnya di kawasan Afrika Barat laut, yang
sekarang ini berdiri negara-negara Tunisia, Aljazair dan Maroko serta Andalusia
yang terletak di ujung selatan Spanyol. Pada zaman ini kawasan tersebut tidak
pernah menikmati sebuah stabilitas dan ketenangan politik, sebaliknya merupakan
kancah perebutan dan kekuasaan antar dinasti dan juga pemberontakan sehingga
kawasan itu atau sebagian darinya sering berpindah tangan dari satu dinasti ke
dinasti yang lain. Kenyataan tersebut sangat mewarnai hidup dan karir Ibnu
Khaldun.
Ibnu Khaldun meniti
kariernya dibidang Pemerintahan dan politik di kawasan Afrika Barat dan
Andalusia selama hampir seperempat abad. Dalam kurun waktu itu lebih dari
sepuluh kali dia berpindah jabatan dan seringkali bergeser loyalitas dari satu
dinasti ke dinasti yang lain dan dari satu pengusaha ke pengusaha yang lain
pada dinasti yang sama. Pada usia 21 tahun (751 H/ 1350 M), ia diangkat sebagai
sekretaris Sultan al-Fadl dari Dinasti Hafs, tetapi ia kemudian berhenti karena
penguasa ini kalah perang (753 H/1352 M), dan Ibnu Khaldun pun terdampar di
kota Baskara, Maghribi Tengah (Aljazair). Disini ia berusaha bertemu dengan Abu
Anan dari Bani Marin, dan pada tahun 755 H/ 1354 ia diangkat menjadi anggota
majelis Ilmu pengetahuan, dan kemudian menjadi sekretaris sultan. Jabatan ini
di pegangnya sampai tahun 763 H/1361 M dengan dua kali sempat dipenjara sampai
saat Wazir Usman bin Abdullah marah kepadanya dan memerintahkannya untuk
meninggalkan Tunisia. Ia pin pergi ke Granada pada tahun 764 H/ 1363 M tempat
sultan Bani Ahmar memerintah.
Ketika hubungannya
dengan Sultan mengalami keretakan, ia berpindah haluan kepada Abu Abdillah
Muhammad, pemimpin Bani Hafs yang kemudian mengangkatnya sebagai Perdana
Menteri merangkap khatib negara, sampai Bijayah jatuh tangan Sultan Abu
al-Abbas Ahmad. Pada masa ini, Ibnu Khaldun di angkat lagi sebagai perdana
menteri, sampai ia pergi ke Baskarah. Di Baskarah ini ia berkirim surat untuk
memberikan dukungan kepada Sultan Tilmisan dari Bani Abdil Wad, Abu Hammu.
Sultan memberikan jabatan penting di dalam kesultanannya, tetapi ditolak oleh
Ibnu Khaldun. Dan mengusulkan kakaknya yang bernama Yahya untuk menjadi
pengganti posisinya. Namun demikian, Ibnu Khaldun tetap membantunya
mengumpulkan beberapa suku untuk memihak kepada Abu Hammu melawan Abu Abbas.
Setelah mengabdi
kepada pemerintah yang satu dengan yang lain, Ibnu Khaldun merasa lelah dalam
petualangan politiknya. Ketika Abu Hamu memintanya untuk mencari dukungan
politik dari para suku lebih banyak, dia memanfaatkan kesempatan ini untuk
meninggalkan politik. Sekalipun usahanya tidak pernah lelah namun dia gagal
membawa perdamaian diantara negara-negara kecil di Afrika dan memutuskan untuk
mengasingkan diri di Oran, pinggiran kota Tunisia, disinilah selama empat tahun
dia mencurahkan dirinya untuk meneliti sejarah dan menulis Muqaddimah.
Pada tahun 780
H/1378 M, Ibnu Khaldun kembali ketanah airnya, Tunisia. Disana ia merevisi
kitab al-Ibar–nya. Kemudian pada tahun 784 H/1382 M a berangkat ke
Iskandariyah, Mesir, untuk menghindari kekacauan politik di Maghribi, kemudian
ia pergi ke Kairo. Di Kairo Ibnu Khaldun mengambil jalur di dunia pendidikan,
selain sebagai seorang hakim di pengadilan. Disini ia sangat disukai karena
penjelasannya yang mengesankan mengenai berbagai fenomena sosial. Ibnu Khaldun
wafat pada tahun 808 H/ 1406 M, tak lama setelah ditunjuk keenam kalinya
sebagai hakim. Dia dimakamkan dikawasan pemakaman orang sufi di Kairo.
Terimkasih sudah berkunjung, mari berdiskusi di blog kami. Kajian Politik itu seru dan dinamis. Jadi, lihatlah disekeliling anda, fenomena politik akan senantiasa kita jumpai.
EmoticonEmoticon