Dalam salah satu kajian ilmpu politik terdapat satu teori yang sering digunakan dalam pendekatan suatu fenomena politik yang terjadi, salah satunya yang akan saya bahas yakni Teori Fungsionalisme. Pengertian Teori Fungsionalisme banyak dikemukakan menurut para ahli, berikut ini rangkuman selengkapnya:
Durkheim
menggunakan karya tokoh Inggris, Herbert Spencer, untuk berargumentasi bahwa
paling tepat kalau kita memahami eksistensi dan karakter struktur sosial
melalui pembandingan dengan asal-usul dan kerja organisme biologi. Sebagaimana
tercermin pada namanya, suatu organisme adalah entitas hidup yang eksistensi
dan kesehatannya tergantung pada semua organ-organ yang bekerja bersama dengan
baik. Dalam tubuh manusia, misalnya semua organ bekerja saling tergantung satu
sama lain. Setiap organ ada karena memenuhi kebutuhan tertentu tubuh manusia
yang tak dapat dilakukan oleh organ lain. Dengan kata lain, alasan mengapa
setiap komponen tubuh ada karena setiap unsur tersebut melaksanakan fungsi
tertentu yang diperlukan yang disebut sistem. Selanjutnya, seluruh komponen
yang diperlukan tersebut harus berfungsi bersama-sama secara terintegrasi
sehingga sistem bekerja dengan baik.[1]
Menurut
Durkheim dan fungsionalis, institusi-institusi dalam masyarakat seperti bentuk
tatana keluarga, tatanan politik, tatanan pendidikan, tatanan keagamaan, dan
lainnya adalah analog dari komponen-komponen organisme. Dimana masyarakat
terdiri dari bagian-bagian yang terintegrasi dan saling tergantung. Seperti
halnya organ-organ, karena institusi-institusi ini memainkan peranan yang tak tergantikan,
melaksanakan fungsi yang diperlukan dalam memelihara masyarakat dalam keadaan
yang stabil dan memuaskan. Dalam hal tubuh manusia, apabila suatu organ gagal
berfungsi, maka manusia akan sakit dan bahkan mati. Demikian pula halnya dengan
sistem sosial.[2]
Lembaga-lembaga
sosial dalam masyarakat dianggap sama dengan organ-organ tubuh, oleh
sosiolog-sosiolog tertentu seperti Auguste Comte dan Herbert Spencer. Lembaga
sosial sebagai unsur struktur, dianggap dapat memenuhi kebutuhan kelangsungan
hidup dan pemeliharaan masyarakat. Suatu lembaga ekonomi misalnya, berfungsi
untuk mengadakan produksi dan distribusi barang-barang serta jasa-jasa. Lembaga
sosial keluarga, misalnya, mempunyai fungsi reproduksi, sosialisasi,
pemeliharaan anak-anak, dan seterusnya. Setiap lembaga sosial mempunyai
fungsinya masing-masing dan dalam hubungan antara satu dengan lainnya. Oleh
karena itu teori ini mempunyai perhatian utama terhadap struktur dan fungsi
dalam suatu sistem.[3]
Talcott Parsons. Parsons menganalogikan
perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada makhluk hidup.
Parsons berpendapat bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem
yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya
bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat
tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi
permasalahan hidupnya.
Pembahasan teori fungsionalisme menurut
Talcott Persons diawali dengan empat skema penting mengenai fungsi untuk semua
sistem tindakan, skema tersebut dikenal dengan sebutan skema AGIL.[4] Fungsi merupakan kumpulan
kegiatan yang ditujukan kea rah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan
system.[5]
Menurut parson ada empat fungsi penting
yang mutlak dibutuhkan dalam sistem sosial. Diantaranya yaitu:[6]
- Adaptation (Adaptasi), yaitu sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. System harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
- Goal Attainment (Pencapaian Tujuan), yaitu sebuah system harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
- Integration (Integrasi), yaitu sebuah system harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. System juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya (A, G, L)
- Latency (Latensi atau Pemeliharaan Pola), yaitu sebuah system harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
Menurut Parsons organisme perilaku
adalah system tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan
diri dengan dan mengubah lingkungan eksternal. Sistem kepribadian melaksanakan
fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi
sumber daya yang ada untuk mencapainya. System sosial menanggulangi fungsi integrasi
dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Terakhir sistem
kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan actor
seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak.[7]
Teori fungsionalisme mengutarakan bahwa
masyarakat adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian dan struktur
yang saling berkaitan dan saling membutuhkan keseimbangan. Teori ini menilai
bahwa semua sistem yang ada dalam masyarakat pada hakikatnya mempunyai fungsi
masing-masing. Suatu struktur akan berfungsi dan berpengaruh terhadap struktur
yang lain. Menurut teori ini suatu pranata tertentu dapat fungsional terhadap
suatu unit tertentu dan sebaliknya disfungsional terhadap unit sosial lain.
Apabila struktur yang ada berperan sesuai dengan tujuan yang seharusnya dicapai
atau diharapkan maka struktur tersebut berperan dengan baik dalam pengertian
bersifat positif dan disebut fungsional. Dan bertolak belakang dengan hal
tersebut, apabila peran struktur menimbulkan hal-hal negative disanalah peranan
dari sistem maupun struktur yang ada disebut disfungsional.
Sebagai contoh lembaga pendidikan, ini
berfungsi dan sangat penting dalam masyarakat, terutama dalam memajukan kualitas
pendidikan di negeri ini. Lembaga pendidikan memberikan pengajaran dan
ilmu-ilmu pengetahuan untuk para generasi muda penerus bangsa. Dalam hal ini
lembaga pendidikan bersifat fungsional, dan menjurus pada artian yang positif.
[1] PIP Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial Dari Teori Fungsionalisme hingga Post
Modern, (Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2009), hlm. 52-53.
[2] PIP Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial Dari Teori Fungsionalisme hingga Post
Modern, (Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2009), hlm. 53-54.
[3] Sukanto Suryono, Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam
Masyarakat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm. 6-7.
[4] George Ritzer dan Douglas J
Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.
121.
[5] George Ritzer dan Douglas J
Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.
121.
[6]Ibid.,hlm. 121
[7] George Ritzer dan Douglas J
Goodman, Teori Sosiologi Moder, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 121-122.
Terimkasih sudah berkunjung, mari berdiskusi di blog kami. Kajian Politik itu seru dan dinamis. Jadi, lihatlah disekeliling anda, fenomena politik akan senantiasa kita jumpai.
EmoticonEmoticon