Sumber foto: piyunganonline.org |
Bhineka Tunggal Ika? Bukankah
itu slogan dan semboyan yang diwariskan pendahulu bangsa kepada kita. Semboyan
dengan filosofi dalam dimana perbedaan suku, ras, dan agama tidak akan menjadi
penghalang dalam pemersatu bangsa dalam bingkai negara kesatuan Republik
Indonesia.
Akan tetapi, kenapa
kaum minoritas di berbagai daerah di Indonesia ini seolah tidak merasakan apa
makna dari Bhineka itu sendiri. Kaum mayoritas, baik berdasarkan suku, ras,
ataupun agama tertentu terkadanng selalu mendiskreditkan satu golongan yang
berbeda dalam lingkup wilayahnya. Baru- baru ini yang menghebohkan terjadi di
Bitung, Sulawesi Utara.
Dimana ratusan orang
dari organisasi massa Kristen hari Senin (09/11/2015) menghentikan pembangunan
mushollah di daerah Girian Permai Bitung, Sulawesi Utara (Sulut). Aksi massa
ini buntut penolakan massa atas rencana pembangunan Masjid Asy-Syuhada di
Kompleks Aer Ujang, kelurahan Girian Permai, kecamatan Girian, Kota Bitung,
Sulawesi Utara.
Sebagaimana dilansir
salah satu media online yakni hidayatullah.com.
“Massa meminta kita menghentikan pembangunan mushollah. Sebelumnya, massa juga
meminta kami menutup rencana pendirian masjid," ujar Karmin Mayau, Ketua
Panitia Pembangunan Masjid Asy-Syuhada kepada hidayatullah.com, Rabu
(11/11/2015) pagi.
Salah satu narasumber
yakni Karmin mengatakan bahwa, kasus ini bermula ketika bulan Mei 2015, massa
menolak pendirian Masjid Asy Syuhada Kompleks Aer Ujang, kelurahan Girian
Permai, kecamatan Girian, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Akibat larangan
pendirian rumah ibadah ini, warga Muslim di wilayah tersebut yang jumlahnya
sekitar 350 KK berinisiatif membuat mushollah sementara berbahan triplek 4x6.
Namun massa yang mengatasnamakan dirinya Brigade Manguni, Devisi Bela Negara
dan Waranai mendatangi panitia dan menolak pendirian mushollah.
“Menurut mereka rumah ibadah apapun dilarang berdiri di lokasi tersebut, kecuali bentuknya renovasi,” ujar Karmin.
Dalam peristiwa ini
sempat terjadi ketegangan yang menyebabkan beberapa warga Muslim mengungi di
tempat lebih aman.
Karmin Mayau, bahkan
mengaku pasca peristiwa ini ia banyak mendapat terror. Massa berusaha
menghancurkam pagar, jendela, melempari rumahnya.
“Keluarga saya dan beberapa keluarga lain ada yang mengungsi," lanjut Karmin.
Menurut saksi lain,
rencana pembangunan Masjid Asy-Syuhada sudah dari bulan Maret 2015. Warga
Muslim sudah menyiapkan semua kelengkapan persyaratan; mulai Akta Ikrar Wakaf
Tanah, Surat Rekomendasi dari Kementerian Agama (Kemenag), Persetujuan warga
(60 warga Kristen dan 90 warga Islam). Tinggal izin dari pihak kelurahan dan
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKB).
Karmin Mayau berharap
kasus ini bisa diselesaikan dengan baik tanpa aksi fisik. Dan umat Islam bisa
beribadah dengan tenang.
Jadi, masihkah kita bisa memaknai Bhineka Tunggal Ika? Negara ini disatukan karena nasib yang sama, tujuan yang sama, cita-cita yang sama, dan harapan yang sama dari para pendahulu kita.
Terimkasih sudah berkunjung, mari berdiskusi di blog kami. Kajian Politik itu seru dan dinamis. Jadi, lihatlah disekeliling anda, fenomena politik akan senantiasa kita jumpai.
EmoticonEmoticon