STRATEGI MARKETING POLITIK KADER PEREMPUAN PARTAI
KEADILAN SEJAHTERA PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN CIAMIS
Yoghi
Kurniawan Prathama1
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam
bagaimana strategi marketing politik kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Ciamis. Fokus kajian
menekankan pada strategi marketing politik
Ibu Ipah Hudaifah dan ibu Rini Kustantri dalam pemenangannya serta faktor pendukung dan penghambat strategi
marketing politik yang dijalankan dalam pemenangannya di Pemilu Legislatif Tahun
2014. Metode penelitian yang digunakan adalah Kualitatif dengan pendekatan
studi kasus,informan dipilih dengan menentukan informan kunci yang memahami
konteks permasalahan yang sedang diteliti, pengumpulan data menggunakan
dokumentasi dan wawancara mendalam dan analisis data menggunakan teknik
analisis Interaktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi marketing
politik yang digunakan kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam
pemenangannya di Pemilu Legislatif Tahun 2014 yakni menggunakan strategi Push
Marketing dan Strategi Pass Marketing. Strategi Push marketing dilakukan dengan
melakukan sentuhan langsung dengan masyarakat atau pemilih melalui beragam
kegiatan seperti pengajian majelis taklim, bakti sosial, peringatan hari besar
keagamaan, pawai, dan ikrar janji caleg. Sementara strategi pass marketing yang
dilakukan yakni dengan menentukan influencer yang tepat dalam penggalangan
suara, dalam hal ini ketokohan influencer berpengaruh besar untuk meyakinkan
pemilih. Beberapa influencer yang terlibat adalah tokoh-tokoh ternama seperti
pimpinan Ponpes Miftahul Huda 2, Ketua FPI Kabupaten Ciamis, Anggota DPR RI KH.
Surahman Hidayat, dan Jaringan Alumni Ponpes Miftahul Huda 2, serta peranan tim
sukses inti caleg. Kemudian dalam strategi marketing politik yang dijalankan,
kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera juga menggunakan pendekatan 4p yakni
Product, Promotion, Price, dan Place. Faktor pendukung keberhasilan strategi
marketing politik yang dijalankan ialah panjangnya waktu sosialisasi, peranan
tim sukses inti yang bekerja secara massif, serta ketokohan influencer yang
digunakan. Faktor penghambat secara internal yakni gesekan antar caleg dalam
satu partai terutama dalam penentuan lokus sosialisasi, dan faktor biaya
politik yang cukup besar. Sementara faktor penghambat dari eksternal yakni
stereotipe negatif masyarakat terhadap partai tentang catatan hitam masa lampau
dengan kasus korupsi impor daging sapi dan isu-isu negatif yang berasal dari
kontestan dari partai lain.
ABSTRACT
This
study aims to determine the depth of how political marketing strategy promotes
women cadre of Partai Keadilan Sejahtera (PKS) in the Legislative Elections
2014. The focus of this study emphasize the political marketing strategy of
Mrs. Ipah Hudaifah and Mrs. Rini Kustantri in her winnings well as enabling and
inhibiting factors of political marketing strategies that run in legislative
elections 2014. The method used is qualitative case study approach, the
informant chosen to determine informants the key to understand the context of
the issues under investigation, documentation and data collection using
in-depth interviews and analysis of the data using Interactive analysis
techniques. The results showed that the use of political marketing strategies
of women cadres in Partai Keadilan Sejahtera (PKS) intheir winnings in
legislative elections 2014 that uses Push Strategy Marketing and Pass Strategy Marketing. Push
marketing strategy is done by direct contact with the public or through a
variety of activities such as voter Majelis Taklim, social work, warning
religious holidays, parades, and pledge promise candidates. While the marketing
strategy that made the pass to determine the appropriate influencers in raising
the voice, in this case the figure of great influence influencers to convince
voters. Some influencers involved is celebrated figures such as The leader of
Ponpes Miftahul Huda 2, Chairman of the
FPI Ciamis, Member of Parliament KH. Surahman Hidayat, and Miftahul Huda 2 Boarding School Awardee Network, and the role of the
core team of the successful candidates. Then the political marketing strategy
executed, women cadres PKS also use the approach “4P” that is Product, Promotion, Price, and Place.
Factors supporting the success of the marketing strategy is long-run political
socialization time, the role of a successful team working massive core, as well
as influencers personal used. Internal factors inhibiting the friction between
candidates in the party, especially in the determination of the locus of
socialization, and a factor of considerable political cost. While external
factors inhibiting the negative stereotypes of society against the party on the
black notes of the past with the corruption case of imported beef and negative
issues from contestants from the other party.
Key Word : political
marketing, political parties, elections, women
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keterlibatan
perempuan dalam aktivitas politik, khususnya politik praktis dewasa ini
memiliki peran yang penting. Dimana
keterwakilan perempuan di parlemen memiliki peranan dan fungsi untuk menjamin
hak-hak perempuan, khususnya sebagai upaya pengembangan program-program
pemberdayaan perempuan.
Realitanya dewasa ini eksistensi
keterwakilan perempuan dalam aktivitas politik masih dibilang rendah, meskipun
terdapat beberapa peraturan yang telah
menjamin eksistensi perempuan dalam ranah politik. Misalnya, Undang-Undang (UU)
Nomor 10 Tahun 2008tentang Pemilihan Umum
AnggotaDewan Perwakilan Rakyat, Dewan PerwakilanDaerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (pemilu legislatif) serta Undang- Undang Nomor2 Tahun 2008
tentang Partai Politik telah memberikan mandat kepada partai politik untuk memenuhi kuota 30% bagi
perempuan dalam politik, terutama di lembaga perwakilan rakyat.
Peraturan lainnya yakni terdapat pada
Pasal 8 butir (d)
Undang- Undang
Nomor 10 Tahun 2008, misalnya, menyebutkan penyertaan
sekurang kurangnya 30% keterwakilan
perempuan pada kepengurusan partai politik tingkat pusat sebagai salah satu
persyaratan partai politik
untuk dapat menjadi peserta pemilu. Selain itu, Pasal 53 Undang - Undang Pemilu Legislatif tersebut juga
menyatakan daftar bakal calon juga memuat paling sedikit 30% keterwakilan
perempuan. Dari beberapa peraturan perundangan yang telah disebutkan, ternyata
belum mampu menjamin peningkatan eksistensi perempuan dalam aktivitas politik.
Hal tersebut dikarenakan terdapat faktor lain yang
menjadi penyebab minimnya aktivitas perempuan dalam ranah politik, salah
satunya kemampuan politik perempuan diragukan untuk melakukan aktivitas politik
praktis dan menduduki jabatan-jabatan publik sebagai pembuat keputusan.
Minimnya keterwakilan perempuan di arena politik khususnya di lembaga legislatif dilandasi beberapa faktor, seperti
faktor sosial-kultural, faktor budaya patriarki masyarakat indonesia, faktor cost politik dalam kontestasi pemilu
yang tinggi, hingga faktor agama yang sedikit menghambat eksistensi perempuan
dalam aktivitas politiknya (Gratton, 2011).
Di Kabupaten
Ciamis, pada pemilu legislatif tahun 2014 ini keterwakilan perempuan di lembaga
legislatif stagnan tidak mengalami
perubahan secara kuantitas yakni empat (4) kursi. Akan tetapi dari keempat
perwakilan perempuan tersebut, tiga diantaranya merupakan pendatang baru dan
satu merupakan incumbent. Berdasarkan
partai pengusungnya, keterwakilan perempuan tersebut juga direpresentasikan
dari dua kutub partai yang berbeda yakni Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) dan Partai Demokrat. Perbedaan platform kedua partai tersebut menjadi menarik dalam strategi politik dan marketing politik keempat keterwakilan
perempuan tersebut. Namun peneliti memiliki ketertarikan terhadap dua kader
perempuan PKS yang lolos menjadi “penghuni” baru DPRD Kabupaten Ciamis periode
2014-2019. Ketertarikan ini didasari bahwa PKS sebagai partai islam dan berbasis
masa islam mampu mendobrak stereotipe yang berkembang
selama ini, dimana “tafsir” agama menjadi
salah satu penghambat eksistensi perempuan dalam ranah politik. Kedua kader
perempuan PKS tersebut yakni Ibu Ipah Hudaifah mewakili Daerah Pemilihan (Dapil)
3 Kabupaten Ciamis dengan perolehan suara sebanyak 4.289 dan Ibu Rini Kustantri
yang mewakili Dapil 4 memperoleh suara sebanyak 3.171 (Sumber: KPUD
Ciamis).
Berikut ini
adalah data seluruh calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014 di Kabupaten
Ciamis berdasarkan daerah pemilihannya, dan pengklasifikasian berdasarkan jenis
kelamin.
Tabel 1
Jumlah Calon Legislatif Berdasarkan Jenis Kelamin
per-Dapil
Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Ciamis
No
|
Daerah
Pemilihan
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
Dapil
1
|
76
|
44
|
120
|
2
|
Dapil
2
|
72
|
36
|
108
|
3
|
Dapil
3
|
58
|
33
|
91
|
4
|
Dapil
4
|
54
|
35
|
89
|
Jumlah
|
260
|
148
|
408
|
Sumber: KPUD Ciamis
Dari tabel
diatas, bisa kita lihat bagaimana proporsi perbandingan antara calon legislatif
perempuan dengan laki-laki, selain itu kita bisa melihat bagaimana pemenuhan
aturan kouta 30% keterwakilan perempuan dalam daftar calon tetap di pemilu
legislatif tahun 2014 di Kabupaten Ciamis. Berdasarkan data diatas diketahui
bahwa calon legislatif perempuan sebanyak 148 orang dari jumlah keseluruhan 408
calon legislatif dari empat daerah pemilihan, jika dipresentasikan berkisar
36,27 % (perseratus) keterwakilan perempuan yang turut berkontestasi dalam
pemilihan umum legislatif tahun 2014 di Kabupaten Ciamis.
Sementara untuk
melihat proporsi keterwakilan perempuan Partai Keadilan Sejahtera dan
perbandingannya dengan jumlah calon legislatif laki-laki bisa dilihat dari
tabel berikut.
Tabel 2
Jumlah Calon Legislatif Partai Keadilan Sejahtera
Berdasarkan Jenis kelamin per-Dapil
Pemilu Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Ciamis
No
|
Daerah
Pemilihan
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
Dapil 1
|
7 orang
|
4 orang
|
11 orang
|
2
|
Dapil 2
|
6 orang
|
4 orang
|
10 orang
|
3
|
Dapil 3
|
5 orang
|
3 orang
|
8 orang
|
4
|
Dapil 4
|
4 orang
|
3 orang
|
7 orang
|
Jumlah
|
22 orang
|
14 orang
|
36 orang
|
Sumber : KPUD Ciamis
Dari tabel
diatas, bisa dilihat bagaimana perbandingan proporsi keterwakilan perempuan dan
laki-laki dalam daftar calon tetap di pemilu legislatif tahun 2014 dari Partai
Keadilan Sejahtera. Jika dipresentasekan, 14 orang keterwakilan perempuan dari
jumlah keseluruhan calon legislatif yakni 36 orang berkisar 38% keterwakilan
perempuan dalam DCT Partai Keadilan Sejahtera pada pemilihan umum legislatif di
Ciamis.
Keberhasilan DPD Partai Keadilan Ciamis Kabupaten Ciamis
dalam pemenuhan kuota 30% keterwakilan perempuan dan mendudukan dua kader
perempuan terbaiknya tersebut yang lolos menjadi anggota DPRD Kabupaten Ciamis,
menjadi bukti keseriusan partai dalam menjalankan amanat konstitusi dan
peningkatan peran perempuan di bidang politik. Namun, untuk memenangkan
pemilihan umum (pemilu) sangat diperlukan strategi politik dan visi yang jelas
untuk menarik suara pemilih (vote geters).
Strategi politik yang dibuat haruslah memiliki inovasi, kreatifitas, dan nilai-nilai yang akan di
distribusikan kepada masyarakat oleh partai politik maupun calon anggota
legislatif dari partai politik tersebut. Strategi politik ini dikenal dengan
pemasaran politik atau political
marketing. Menurut Nursal (2004), Political
Marketing ialah serangkaian aktivitas terencana, strategis tapi juga
taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna
politik kepada pemilih. Hal yang perlu ditekankan dalam strategi political marketing adalah penggunaan
pendekatan dan metode marketing untuk mempermudah politisi dan partai politik
agar lebih efisien dalam membangun hubungan dengan konstituen dan masyarakat.
Dengan mencermati
latar belakang masalah diatas, menarik bagi penulis untuk mengkaji mengenai
strategi marketing politik yang dilakukan dua
kader perempuan DPD PKS Kabupaten Ciamis, yakni Ibu
Ibah Hudaifah dan Ibu Rini Kustantri dalam pemenangannya
di kontestasi pemilihan umum legislatif tahun 2014 dan lolos sebagai anggota DPRD Kabupaten Ciamis periode 2014-2019. Serta
mengkaji faktor-faktor pendukung dan penghambat strategi marketing politik yang dijalankan dalam kontestasi pemilihan umum
tersebut.
1.2.
Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Metode kualitatif merupakan penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan
data empiris, dimana kedalaman data menjadi faktor utama kualitas penelitian
(Masyhuri, 2008). Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan studi kasus.
Studi kasus diartikan sebagai suatu penyelidikan intensif tentang seorang
individu atau unit sosial yang kecil dengan lebih mendalam, serta berusaha
untuk menemukan semua variabel penting terkait dengan subjek penelitian (Ary
dalam Idrus, 2007).
Informan dalam penelitian ini
dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Dimana peneliti memilih informan kunci yang dianggap mengetahui
masalah yang sedang diteliti secara mendalam. Namun dalam penelitian di
lapangan, peneliti menyadari akan ada perkembangan dan perluasan informan, maka
dalam pengumpulan data di lapangan peneliti juga menggunakan pengembangan
teknik snowball sampling. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan wawancara mendalam
(indepth interview) dan dokumentasi,
serta proses analisis data menggunakan teknik analisis data Interaktif meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
II. HASIL PENELITIAN
2.1Strategi Marketing
Politik Kader Perempuan PKS
Marketing
politik merupakan serangkaian aktivitas terencana, taktis, berdimensi jangka
panjang dalam menyebarkan makna politik kepada pemilih (Nursal,2004). Tujuannya
untuk membentuk dan menanmkan harapan, sikap, keyakinan, dan orientasi perilaku
pemilih agar menjatuhkan pilihannya pada kandidat atau partai tertentu secara
konsisten.
Peran
marketing sangat penting dalam suksesi partai politik maupun politikus dalam
kontestasi pemilihan umum, dalam penelitian ini mencoba menguraikan bagaimana
strategi marketing politik kader perempuan Partai Keadilan Sejahtera dalam
kontestasi pemilihan umum tahun 2014 di Kabupaten Ciamis. Dalam menganalisa
strategi marketing politik, digunakan beberapa pendekatan salah satunya yakni
bauran marketing politik (mix marketing politik),
dimana proses marketing politik setidaknya harus digerakkan oleh empat elemen
utama yakni price, product, place and
promotion (Niffemmeger dalam Firmanzah, 2012). Pendekatan lainnya dalam dalam menganalisis marketing politik dikenal
dengan strategi pendekatan pasar yakni strategi push marketing, pass marketing, dan pull marketing (Nursal dalam Firmanzah, 2012).
2.1.1 Strategi Marketing Politik Ibu Ipah
Hudaifah
Bauran Marketing Politik
1) Product
Elemen yang pertama dari bauran
marketing politik ialah product. Product yang di maksud adalah program
yang ditawarkan suatu institusi politik kepada pemilih untuk nantinya
direalisasikan dan dinikmati oleh konstituen pasca terpilih dalam pemilihan
umum, Niffenneger (dalam Firmanzah, 2012) membagi tiga produk politik kedalam tiga
kategori yakni platform partai,
catatan masa lampau, dan ciri pribadi.Pertama kita lihat bagaimana produk marketing politik kader perempuan PKS
yakni Ibu Ipah Hudaifah dalam pemilu legislatif tahun 2014.
Ibu Ipah Hudaifah
merupakan wajah baru dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014, tidak banyak
program atau produk yang ditawarkan kepada pemilih dikarenakan masyarakat sudah
kehilangan kepercayaan kepada politikus atau anggota dewan, maka untuk meraih
simpati dan suara, program yang dilakukan oleh Ibu Ipah
dan tim suksesnya yakni memberikan pendidikan politik kepada masyarakat,
menjelaskan tugas pokok dan fungsi anggota legislatif, serta menonjolkan citra Ibu Ipah sebagai santri. Pendidikan politik
yang dimaksud adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang makna
politik dan pemilu, kemudian meluruskan persepsi masyarakat tentang tugas pokok
dan fungsi anggota legislatif, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat
tentang dampak politik transaksional seperti “serangan fajar” dan “money politik”.
Dari penjelasan diatas bisa
dilihat bahwa program yang ditawarkan sejalan dengan platform partai PKS sebagai partai dakwah, bahwa tujuan utama dalam
aktivitas politik adalah bagaimana menyuarakan dakwah dalam setiap aktivitas. Cara
yang dilakukan Ibu Ipah dan Timses yakni melakukan
silaturahmi dengan tokoh masyarakat, pengajian-pengajian, serta
kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, misalnya dalam memperingati hari-hari
besar keagamaan maupun hari besar nasional.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pun
mencerminkan bagaimana catatan lampau partai yang sudah melekat di masyarakat
atau citra partai di masyarakat bahwa PKS sebagai partai dakwah dan agamis,
seringkali melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial.Meskipun memang
catatan hitam partai dalam kasus korupsi impor daging sapi menjadi salah satu
penghambat yang dirasakan partai dan calon legislatif di pemilu tahun 2014.
Produk lainnya bisa dilihat
dari bagaimana timses mengemas citra politik (ciri pribadi) Ibu Ipah di Masyarakat. Dengan latar
belakang bahwa sebelumnya Ibu
Ipah bukanlah kader PKS maka timses
mencoba cara untuk lebih menunjukan citra Ibu
Ipah dengan karakter santrinya, dikarenakan sebagai orang baru di dunia politik
dan bukan elit politik, jelas bahwa Ibu
Ipah tidak populer di tengah masyarakat.
2)
Promotion
Pasca pengemasan suatu produk
politik, langkah selanjutnya dalam bauran marketing politik yakni bagaimana
upaya menyebarluaskan produk politik yang ada, istilah tersebut dikenal dengan
promosi (promotion). Cangara (2009)
mendeskripsikan promosi sebagai usaha yang dilakukan untuk menarik perhatian
konsumen atau pemilih melalui teknik-teknik komunikasi, baik melalui media
massa cetak atau elektronik maupun komunikasi antar pribadi.
Promosi politik diidentikan
dengan aktivitas kampanye semata, akan tetapi perlu digaris bawahi bahwa
promosi tidak terbatas pada massa kampanye, akan tetapi berlangsung secara
kontinyu dan permanen (Butler & Collins dalam Firmanzah, 2012). Hal
tersebut bisa dilihat dari bagaimana proses promosi yang dilakukan oleh Ibu Ipah.
Dari data hasil wawancara
diketahui bahwa dalam proses promosi, militansi tim sukses berperan penting. Ibu Ipah sendiri dengan background pesantren Miftahul Huda 2
diuntungkan dengan banyaknya amunisi tim sukses yang dapat di gerakan mulai
dari santri dan jaringan alumni. Tim sukses Ibu
Ipah dikenal dengan “Gerakan Santri untuk Negeri” yang dipimpin oleh H.Epung
sebagai ketuanya. Terdapat beberapa struktur yang memiliki fungsi tersendiri
dalam tim ini yakni: 1)Timbel (Tim Bleweh), 2)Tim Pemantau, 3) Tim Dapur, dan
4)Tim 9 Mubaligh Muda.
Peneliti melihat bahwa dalam
melakukan promosi terdapat dua elemen penting dalam suksesi kemengan Ibu Ipah. Pertama adalah “GESIT” atau
Gerakan Silaturahmi kemudian promosi melalui media sosial. Gerakan Silaturahmi
merupakan program yang dicanangkan DPD PKS Kabupaten Ciamis sebagai strategi
utama yang harus dilakukan Calegnya, akan tetapi dalam pengemasannya tergantung
bagaimana caleg dan tim sukses inti caleg.
Kedua, adalah promosi melalui
media sosial.Media sosial yang digunakan Ibu
Ipah dalam strategi marketing politiknya yakni penggunaan media sosial facebook.Ibu
Ipah dan Timses membuat satu akun facebook
dengan nama “Bobotoh Miss
Ipah” dan satu group yakni “100 ribu suara untuk Ibu Ipah”. Tujuan dari
pembuatan akun di media sosial ini tentu saja untuk mempromosikan sosok Ibu Ipah, khususnya pengguna media sosial
yang kebanyakan pemilih pemula. Akan tetapi menurut Ibu
Ipah (Wawancara, 19/1/2014) menyebutkan bahwa ide awal pembuatan akun facebook adalah untuk menjaring komunikasi dengan
jaringan alumni Ponpes Miftahul Huda 2, dengan terjalinnya komunikasi tersebut
diharapkan bisa menjadi strategi pemasaran Ibu
Ipah yang lebih luas. Pernyataan lainnya disampaikan oleh H.Epung selaku ketua
Timses IbuIpah
bahwa selain menggalang kembali jaringan alumni, pembuatan akun media
sosial juga sebagai upaya untuk meraih simpati dari kalangan pengguna media
sosial seperti kalangan muda, dan pemilih pemula. Pengemasan konten promosi
dalam akun media sosial tersebut pun dikemas secara menarik dan kontekstual.
3)
Price
Elemen lainnya dalam bauran marketing politik adalah Price (harga).Harga dalam marketing politik mencakup tiga hal
yakni harga ekonomi, psikologis, sampai ke citra nasional (Niffeneger dalam
Firmanzah, 2012).Harga ekonomi meliputi semua biaya yang dikeluarkan institusi
politik selama kampanye, mulai dari biaya iklan, publikasi, dan biaya
administrasi lainnya.Harga psikologis mengacu pada harga persepsi psikologis,
etnis, agama, dan pendidikan seorang kandidat.Harga citra nasional berkaitan
apakah pemilih merasa kandidat tersebut bisa memberikan citra positif atau
kebanggaan nasional atau tidak.
Dari hasil wawancara dengan ketua Tim
sukses Ibu Ipah, yakni Bapak Asep Saeful Hiar
menyebutkan bahwa dalam pencalonan dan pemenangan Ibu
Ipah di Pemilu legislatif tahun 2014 ini tidak mengeluarkan biaya yang terlalu
banyak bila dibandingkan dengan kontestan lainnya. Biaya yang dikeluarkan dalam
pemenangan Ibu Ipah berkisar Rp.50.000.000,- (Lima
puluh juta rupiah), pengeluaran tersebut dialokasikan untuk kegiatan
sosialisasi dan pemenangan IbuIpah,
mulai dari pembuatan baliho, spanduk, stiker, dan parcel. Sumber dana dikelola
oleh “Tim Dapur”. Tim Dapur bertugas untuk mencari sumber dana dan
mengalokasikannya, sumber dana yang didapat diantaranya bersumber dari usaha
mandiri yakni dengan membuat jajanan untuk dijual kepada santri di Ponpes
Miftahul Huda 2, kemudian bantuan dana dari Caleg Provinsi dan Pusat.
Kecilnya harga ekonomi yang dikeluarkan
disebabkan Ibu Ipah didukung oleh harga psikologis
yang baik.Background Ibu Ipah sebagai santri Miftahul Huda 2
mampu menumbuhkan persepsi baik di tengah masyarakat, karena secara psikologis
pondok pesantren Miftahul Huda 2 telah memiliki nama tenar di masyarakat, maka
dari itu kepercayaan kepada sosok Ibu
Ipah pun sangat besar. Hal tersebut didukung pula dengan kapasitas pendidikan
dan pengetahuan yang mumpuni, baik pengetahuan umum, agama, dan pengalaman
berorganisasi Ibu Ipah.
4)
Place
Elemen terakhir dalam bauran marketing politik adalah Place. Niffenneger (dalam Firmanzah,
2012) menjelaskan bahwa Place berkaitan
erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah institusi politik dan
kemampuannya dalam berkomunikasi dengan pemilih atau calon pemilih. Sebuah
institusi politik atau kandidat harus bisa memetakan struktur dan karakteristik
masyarakat.Pemetaan ini penting sekali utamanya dalam menentukan segmentasi
pemilih yang dijadikan objek marketing.
Positioning
Ibu Ipah dengan karakteristik personal dan
partai pengusungnya bisa memperlihatkan bagaimana segmentasi pemilih yang
menjadi objek marketing.Berdasarkan
hasil wawancara, Ibu Ipah menyebutkan bahwa target utama
pemilih atau calon pemilih adalah segmentasi Ibu-Ibu serta orang-orang yang
aktif dalam kegiatan keagamaan seperti majelis taklim maupun Diniyah. Secara
naluri, kedekatan emosional Ibu
Ipah dan ibu-ibu akan mempermudah komunikasi yang dilakukannya untuk menyerap
harapan dan keinginan mereka. Hal tersebut dilakukan karena Ibu Ipah menyadari bahwa kelebihan
seorang politisi perempuan adalah mampu masuk ke ranah segmentasi perempuan,
khususnya Ibu-ibu dikarenakan politisi laki-laki akan sedikit lebih canggung
dan kurang mampu memahami karakter perempuan.
Strategi Push Marketing
Strategi push marketing merupakan strategi yang dilakukan partai politik
atau politikus untuk mendapatkan dukungan melalui stimulant yang diberikan
kepada pemilih (Firmanzah, 2012). Ibu
Ipah dalam menggunakan strategi push
marketing ini berusaha mendapatkan dukungan melalui stimulan yang dilakukan
kepada pemilih. Secara umum, hal-hal yang dilakukan Ibu
Ipah adalah dengan bersentuhan langsung dengan masyarakat / pemilih seperti
mengadakan event-event khusus
misalnya santunan anak yatim, mengadakan tabligh akbar, mengadakan perlombaan
peringatan hari besar nasional, silaturahmi dengan tokoh masyarakat dan
sebagainya. Sentuhan langsung Ibu
Ipah dengan masyarakat ini dikenal juga dengan istilah experiental marketing yang dimana menitikberatkan pada usaha agar
pemilih merasakan dengan panca indra dan perasaan emosional akan kehadiran Ibu Ipah ditengah-tengah mereka. Dengan
adanya kedekatan emosional tersebut, Ibu
Ipah dapat mengirim produk-produk politik dengan efektif.
Strategi
Pass Marketing
Strategi ini menggunakan individu
maupun kelompok yang dapat mempengaruhi opini pemilih. Sukses tidaknya
penggalangan massa akan sangat ditentukan oleh pemilihan para influencer. Semakin tepat influencer yang dipilih, efek yang
diraih pun menjadi semakin besar dalam mempengaruhi pendapat, keyakinan dan
pilihan publik (Nursal dalam Firmanzah, 2012). Dalam pemilihan umum legislatif
tahun 2014 yang lalu Ibu Ipah
menggunakan strategi pass marketing dengan membentuk tim kampanye khusus diluar
tim kampanye partai, selain itu terdapat juga tokoh-tokoh masyarakat atau
lembaga lain yang turut berperan sebagai influencer
dalam pemasaran Ibu Ipah.
Dalam menjalankan strategi pass marketing, Ibu
Ipah di dukung oleh tim sukses khusus dalam melakukan sosialisasi dan kampanye.
Tim sukses khusus ini dikenal dengan Tim “Gerakan Santri untuk Negeri” yang
merupakan jajaran pengurus Pondok Pesantren Miftahul Huda 2 Bayasari dan
santri/santriah ponpes tersebut. Dalam menjalankan strateginya, tim Gerakan
Santri untuk Negeri ini dibentuk beberapa struktur dengan fungsi masing masing,
diantaranya 1)Tim Bleweh, 2)Tim Pemantau, 3) Tim Tim Dapur, dan 4) Tim 9
Mubaligh Muda.
Strategi pass marketing berikutnya yang dilakukan oleh Ibu
Ipah adalah menggunakan ketokohan Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda 2
serta jaringan alumni Miftahul Huda 2 yang tersebar di berbagai daerah. Hal ini
menjadi penting, dikarenakan secara tidak langsung kharisma seorang Kiayi di
tengah masyarakat sangatlah dipandang baik dan berwibawa, sosok KH. Nonop
Hunaefi selaku pimpinan Ponpes Miftahul Huda mampu memberikan influence kepada masyarakat dalam hal
pemasaran Ibu Ipah, keterlibatan secara langsung
dalam setiap aktivitas sosialisasi dan kampanye Ibu
Ipah dapat menarik simpati jamaah dan masyarakat. Selain itu, jaringan alumni
Miftahul Huda 2 pun dapat dilihat perananannya dalam pemenangan Ibu Ipah, sebagaimana dikatakan oleh H.
Epung selaku ketua Timses bahwa dalam pemenangan Ibu
Ipah terlibat pula jaringan alumni Miftahul Huda 2 yang telah memiliki nama
besar dan tenar di Ciamis, misalnya K. Deden
Badruzamman
(Ketua Forum Komunikasi Diniyah Taklimiah
Cipaku) seorang ulama yang sudah memiliki nama tenar dalam kancah Diniyah dan
Taklim-taklim se-Ciamis, kemudian H. Wawan Marwan (Ketua Front Pembela Islam
Kabupaten Ciamis), keduanya dilibatkan dalam setiap event-event besar seperti
tabligh akbar dan kampanye terbuka.
2.1.2 Strategi Marketing Politik Ibu Rini
Kustantri
Bauran Marketing Politik
1) Product
Terdapat empat
elemen bauran marketing politik, yakni product,
promotion, price and place. Pertama adalah Product, sejalan dengan apa yang dilakukan Ibu
Ipah, Ibu Rini Kustantri (Ibu Rini) beserta tim suksesnya yang diketuai oleh
Bapak Ujang Nurjaman mengemas produk politik yang ditawarkan kepada pemilih
untuk meyakinkan masyarakat memilih Ibu Rini. Produk yang ditawarkan bisa
tegambar dari visi dan misi yang dicanangkan oleh Ibu Rini.
Sebagai pendatang baru, program yang
ditawarkan pun tidak muluk-muluk, Ibu Rini memfokuskan program pada
pemberdayaan perempuan dan pendidikan. Program pemberdayaan perempuan yang
dilakukan seperti melakukan pendampingan posyandu, pendampingan PKK, dan turut
aktif dalam Majelis Taklim dalam lingkup daerah pemilihan (dapil). Sementara di
bidang pendidikan program yang dilakukan adalah bagaimana menyerap aspirasi
masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan informal, seperti pendidikan
Diniyah (DTA).
Keberlangsungan program
dilakukan jauh hari sebelum pemilihan umum legislatif dilaksanakan, yakni
sekitar delapan bulan sebelum pemilu. Harapannya dengan jangka waktu yang lama
bisa lebih meyakinkan konstituen untuk memilih Ibu Rini. Silaturahmi yang
kontinyu dengan masyarakat melalui beragam program sosial tersebut dikenal dengan
istilah “GESIT” atau Gerakan Silaturahmi. Gerakan ini merupakan strategi utama
yang dicanangkan DPD PKS Kabupaten Ciamis kepada setiap calegnya. Efektifitas
GESIT tersebut pun dirasakan oleh Ibu Rini dalam strategi pemasaran produk
dirinya ke masyarakat.
Selain program – program di
atas, dalam pengemasan produk juga menekankan pada pengemasan ciri pribadi
seorang calon legislatif. Dalam konteks pemasaran Ibu Rini, timses mengutamakan
untuk mengemas Ibu Rini sebagai sosok yang ramah di tengah masyarakat, dalam
setiap aktivitasnya Ibu Rini secara pembawaan gesture melakukan 3s, yakni senyum, salam, sapa. Dengan hal
tersebut maka dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa simpati dari masyarakat
dengan pembawaan Ibu Rini yang ramah, selain itu Timses pun menekankan
bagaimana komunikasi dengan masyarakat harus terus dilakukan baik saat
pencalonan maupun pasca lolos menjadi anggota DPRD.
2)
Promotion
Bauran marketing politik yang kedua ialah promotion (promosi). Strategi promosi promosi yang
dilakukan Ibu Rini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Ibu
Ipah. Ibu Rini sangat didukung oleh jajaran tim sukses yang bekerja maksimal,
serta relasi jaringan yang kuat di masyarakat. Selain itu pula promosi Ibu Rini
dipermudah dengan disandingkannya Ibu Rini dengan Caleg DPR RI KH.Surahman
Hidayat yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Ibu Rini.
Promosi yang
dilakukan Ibu Rini menekankan pada sentuhan langsung dengan masyarakat (direct selling), bentuk sentuhan bisa
berupa aktivitas silaturahmi dengan tokoh masyarakat, kelompok masyarakat,
kelompok tani, majelis-majelis taklim, dan lainnya. Sebelum program
dilaksanakan, terlebih dahulu yang dilakukan adalah membangun tim sukses yang
kuat dengan penyebaran yang luas. Sebagaimana dikatakan Bapak Ujang Nurjaman
(Ketua Timses Ibu Rini) pada wawancara tanggal 21/02/2015 menyebutkan bahwa
dalam mempromosikan Ibu Rini, pertama kami menguatkan tim sukses yang
melibatkan hubungan kekerabatan dan pertemanan, jadi semua anggota keluarga tim
sukses terlibat secara langsung maupun tidak langsung untuk mempromosikan Ibu
Rini. Hal tersebut dipilih bahwa dengan hubungan kekerabatan yang erat, maka
komunikasi yang akan dijalankan nantinya menjadi lebih mudah. Selanjutnya
adalah mempromosikan melalui kegiatan-kegiatan yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat, dan disana kami menampilkan sosok Ibu Rini untuk tampil misalnya
mengisi tausiah, penyuluhan dan lainnya.
Selain itu,
dalam mempromosikan Ibu Rini juga menggunakan ketokohan KH.Surahman Hidayat
sebagai incumbent Caleg DPR RI.
Kontribusi KH. Surahman Hidayat selama ini telah banyak dirasakan oleh
masyarakat, khususnya di sekitar daerah Banjarsari.Bantuan-bantuan sosial dari
luar negeri untuk pembangunan mesjid, advokasi peralatan pertanian, menjadi
salah satu program yang telah dirasakan masyarakat. Maka Timses kembali membuka
komunikasi dengan masyarakat yang telah tersentuh oleh program tersebut dan
menyandingkan KH.Surahman Hidayat bersama Ibu Rini.
3)
Price
Ketiga, dalam bauran marketing politik adalah price (harga). Harga atau cost politik yang
dikeluarkan Ibu Rini sedikit lebih besar, berkisar seratus juta rupiah
(Wawancara ketua Timses Ibu Rini, 21/02/2015). Untuk alokasi biaya tersebut
sebagian besar digunakan untuk akomodasi dan dana operasional Tim sukses, hal
tersebut dilakukan untuk memaksimalkan kinerja tim sukses dalam penggalangan
suara sementara setengahnya digunakan untuk keperluan pembuatan atribut
kampanye seperti spanduk, baliho, stiker, dll.
4)
Place
Elemen terakhir dalam bauran marketing politik adalah Place (Tempat). Senada dengan Ibu Ipah,
segmentasi pemilih yang dilakukan oleh Ibu Rini pun mengutamakan basis massa
ibu-ibu dan kalangan agamis, yakni ibu-ibu pengajian dan Majelis Taklim. Namun
yang membedakannya adalah kondisi geografis daerah pemilihan dimana Kecamatan Banjarsari dan sekitarnya merupakan
lahan pertanian, maka potensi massa dari petani sangat banyak. Untuk itulah ada
segmentasi lain yang coba dimasuki oleh Ibu Rini dan Timses, yakni segmentasi
petani.
Untuk meraih
simpati segmentasi petani, ada beberapa kegiatan yang dilakukan misalnya
silaturahmi dengan kelompok-kelompok tani dan memberikan penyuluhan.Dalam
kegiatan tersebut Ibu Rini turun langsung untuk memberikan penyuluhan dan
motivasi, tak lupa dalam silaturahmi Ibu Rini menjelaskan pencalonannya sebagai
wakil rakyat, dan berusaha meyakinkan petani untuk menampung dan mengakomodasi
kebutuhan petani.Dengan demikian, sentuhan secara langsung tersebut setidaknya
mampu menumbuhkan harapan, keyakinan dari petani untuk memberikan suaranya pada
Ibu Rini.
Strategi Push Marketing
Strategi push marketing merupakan strategi yang dilakukan partai politik
atau politikus untuk mendapatkan dukungan melalui stimulant yang diberikan
kepada pemilih (Firmanzah, 2012). Ibu Rini dalam menggunakan strategi push marketing ini berusaha mendapatkan
dukungan melalui stimulant yang dilakukan kepada pemilih. Secara umum, hal-hal
yang dilakukan Ibu Rini adalah dengan bersentuhan langsung dengan masyarakat /
pemilih seperti mengadakan event-event khusus misalnya melakukan kunjungan silaturahmi dengan masyarakat/tokoh masyarakat, mengisi
pengajian di Majelis Taklim, melakukan kegiatan bakti sosial, dan penyuluhan
kepada petani.
Sentuhan langsung Ibu Rini dengan masyarakat ini dikenal juga dengan istilah experiental marketing yang dimana
menitikberatkan pada usaha agar pemilih merasakan dengan panca indra dan
perasaan emosional akan kehadiran Ibu Rini ditengah-tengah mereka. Dengan
adanya kedekatan emosional tersebut, Ibu Rini
Pernyataan lainnya dikemukakan
oleh Ketua Tim Sukses Ibu Rini, yakni Bapak Ujang Nurjaman, menyebutkan bahwa
dalam pemasaran politik Ibu Rini sebagian besar dikombinasikan dengan
program-program marketing politik
calon legislatif DPR RI yakni KH. Surahman Hidayat, MA. Latar belakang beliau
yang merupakan incumbent dan telah
banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat dimanfaatkan oleh tim sukses dalam
penyusunan program-program yang ditawarkan. Beberapa program diantaranya
seperti kegiatan Bakti Sosial Pengobatan Gratis bagi masyarakat, kemudian silaturahmi
dengan kelompok-kelompok masyarakat seperti Kelompok Tani Banjarsari, dan
bentuk-bentuk silaturahmi lainnya.
Strategi
Pass Marketing
Senada dengan apa yang dilakukan Ibu Ipah, dalam pemenangan Ibu Rini
peranan Tim sukses dan influencer sangat
besar. Tim sukses inti yang dimiliki Ibu Rini berkisar 20 orang. Tim yang diketuai oleh Bapak Ujang
Nurjaman tersebut bertugas untuk mensosialisasikan pencalonan Ibu Rini dan
penggalangan suara bagi Ibu Rini.
Langkah awal yang dilakukan
Timses adalah perluasan jaringan timses dan simpatisan di berbagai daerah,
strategi tersebut diawali dengan memanfaatkan keluarga dekat, teman, dan
kerabat sebagai orang-orang yang difungsikan sebagai influencer di kelompok masyarakat dimana mereka tinggal.Setelah
komunikasi terbangun, kegiatan sosialisasi pun dilakukan dengan beragam
kegiatan dan aktivitas.
Strategi pass marketing lainnya adalah penggunaan ketokohan Caleg DPR RI KH.
Surahman Hidayat, hampir semua Caleg PKS yang berkontestasi di lingkup DPRD
Ciamis menggunakannya dan menyandingkan programnya dengan sosialisasi KH.
Surahman Hidayat sebagai calon incumbent
DPR RI.Namun kelebihan dari strategi Ibu Rini adalah hubungan kekerabatannya
dengan KH. Surahman Hidayat, serta realisasi program pusat yang telah
diadvokasi telah banyak dirasakan di daerah pemilihan dimana Ibu Rini
berkompetisi.
Realisasi program seperti
Bantuan Siswa Miskin (BSM), dana hibah luar negeri untuk pembangunan mesjid,
bantuan sosial peralatan pertanian, yang semuanya telah dirasakan masyarakat mempermudah
masyarakat untuk menjatuhkan pilihannya kepada Ibu Rini yang dikenalkan sebagai
kerabat dari KH. Surahman Hidayat.
2.2Faktor Pendukung
Panjang Waktu Sosialisasi
Dalam kontestasi pemilihan umum
legislatif peranan sosialisasi menjadi penting bagi partai politik dan
kandidat, hal ini bertujuan untuk mengenalkan diri kepada masyarakat / pemilih
serta menyampaikan visi dan misi kandidat yang akan ditawarkan kepada pemilih.
Dalam pemenangan Ibu Ipah dan Ibu Rini, sosialisasi
menjadi program utama yang disebut dengan istilah “Gerakan Silaturahmi
(GESIT)”, kegiatan ini berlangsung setahun sebelum pemilihan umum berlangsung
dengan harapan masyarakat bisa lebih mengenal profil Ibu
Ipah dan Ibu Rini. Pengemasan program silaturahmi dengan beragam kegiatan, seperti
kunjungan ke Majelis Taklim dan Diniyah, kemudian melakukan peringatan hari
besar keagamaan dengan media Tabligh akbar, pemberian santunan anak yatim,
serta aktivitas bakti sosial. Hal tersebut dilakukan dengan harapan bahwa Ibu Ipah dan Ibu Rini hadir di tengah –
tengah masyarakat, dan membangun kedekatan secara emosional. Pendekatan seperti
hal tersebut dikenal sebagai experiental
marketing yang berintikan pada usaha agar pemilih merasakan dengan panca
indra, perasaan, pikiran, tindakan secara personal sehingga merasakan produk
politik yang disampaikan oleh politikus (Widiastuti, 2014).
Peran Tim Sukses
Faktor pendukung yang kedua dalam
pemenangan Ibu Ipah dan Ibu Rini adalah peranan tim
sukses yang bekerja secara maksimal. Tim gerakan santri untuk negeri yang
diketuai oleh H. Epung dengan amunisi 1800 santri Miftahul Huda 2 dan jaringan
alumninya telah mampu membuka komunikasi yang luas dengan masyarakat. Tim
sukses Ibu Rini pun demikian, mampu bekerja siang malam secara massif membuka
komunikasi dengan masyarakat dengan jalan pemanfaatan jaringan keluarga,
pertemanan, dan kekerabatan yang tersebar di berbagai daerah.
Soliditas tim sukses pun tidak
terlepas dari evaluasi berkala yang dilakukan, serta penentuan lokus yang jelas
antar caleg di internal PKS memudahkan kinerja tim sukses. Selain itu peranan
tim pemenangan DPD PKS Kabupaten Ciamis pun berperan aktif dalam melakukan
kegiatan konsolidasi dan pelatihan-pelatihan jajaran tim sukses caleg.
Ketokohan Influencer
Faktor pendukung yang terakhir adalah
strategi yang tepat dalam menentukan influencer
dan ketokohan seorang influencer.Dalam
pemenangan Ibu Ipah, timses menggunakan beberapa influencer yang secara tidak langsung mampu menarik simpati
masyarakat, diantaranya adalah pimpinan Ponpes Miftahul Huda 2 KH. Nonop Hanafi
yang dikenal dengan kharismanya di masyarakat, kemudian mubaligh-mubaligh
terkemuka dikalangan Majelis Taklim seperti “Mama Golangsing”,
Ketua FPI Kabupaten Ciamis, serta jaringan alumni Ponpes Miftahul Huda 2.
Sementara untuk pemenangan Ibu Rini, influencer yang diambil adalah
tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh dilingkungannya dengan pendekatan
pemanfaatan kedekatan secara keluarga, kerabat, maupun pertemanan.Selain itu,
pengaruh KH. Surahman Hidayat sebagai Caleg incumbent
DPR RI yang merupakan kerabat Ibu
Rini pun sedikit besar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
keterpilihan Ibu Rini. Dalam pelaksanaannya, influencer terlibat dalam
aktivitas sosialisasi Ibu Ipah dan Ibu
Rini, serta meyakinkan pemilih untuk menentukan pilihannya kepada Ibu Ipah dan Ibu Rini.
II. Faktor Penghambat
Dalam suatu kompetisi elektoral,
seperti pemilihan umum legislatif tak jarang banyak ditemukan
pelanggaran-pelanggaran pemilu dan hambatan yang dihadapi oleh partai politik
dan kandidat.Dalam konteks strategi marketing politik yang dijalankan Ibu Ipah dan Ibu Rini pun tak luput dari
beberapa hambatan yang terjadi di lapangan.
Dari hasil penelitian setidaknya
terdapat dua faktor penghambat strategi marketing politik, yakni faktor secara
internaldan faktor eksternal. Faktor internal meliputi, pertama adanya gesekan antar
kontestan dalam satu partai, khususnya dalam penentuan lokus (lokasi)
sosialisasi atau target masyarakat yang menjadi objek marketing. Kedua, adalah faktor cost politik yang hampir semuanya
berasal dari kandidat/Caleg sedikit memberatkan, terlebih bagi politisi
perempuan.
Sementara faktor eksternal yang
menghambat strategi marketing politik yang dijalankan diantaranya, Pertama persepsi negatif masyarakat
tentang catatan masa lampau partai tentang kasus korupsi suap impor daging sapi
yang melibatkan Presiden PKS pada waktu itu.Hal tersebut setidaknya menimbulkan
stigma negatif di masyarakat, dan
melunturkan kepercayaan yang selama ini dibangun oleh partai, maka kandidat pun
berusaha keras untuk mengcounter isu
tersebut dengan silaturahmi yang massif dengan masyarakat dan memperbaiki citra
partai.Kedua, adalah isu-isu Black Campaign dan Negative Campaign yang digulirkan lawan politik dari partai lain,
untuk kasus Ibu Ipah misalnya pernah terjadi isu
negatif yang digulirkan kepada Timses yakni adalah kasus pengrusakan baliho
kandidat dari partai lain di suatu desa, dan dari fakta investigasi yang tim
lakukan ke lapangan diketahui bahwa yang merusak atribut kampanye tersebut
ternyata tim lawan politik itu sendiri. Hal tersebut dilakukan karena elektabilitas
dan popularitas Ibu Ipah dan lawan politiknya beda tipis di desa tersebut. Sementara isu
negatif yang digulirkan lawan politik kepada Ibu Rini adalah mengenai status
kependudukannya yang dikatakan sebagai bukan warga asli Banjarsari, hal
tersebut digulirkan dengan alasan bahwa Ibu Rini pernah tinggal di kota Jakarta
mengikuti suaminya dan baru beberapa tahun belakangan ini kembali ke
Banjarsari. Faktor lainnya juga yang menjadi penghambat adalah persepsi
masyarakat akan keterlibatan perempuan sebagai calon legislatif, baik
melihatnya dari aspek tafsir agama, kemudian kapasitas dan kapabilitas calon
legislatif perempuan, terlebih Ibu
Ipah dan Ibu Rini merupakan orang baru yang ikut berkompetisi dalam Pemilu
Legislatif Tahun 2014.
III. PUSTAKA
Sumber
Buku:
Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik (Konsep, Teori, dan Strategi). Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada.
Firmanzah, (2012). Marketing
Politik (Antara Pemahaman dan Realitas).Jakarta : Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
_________,( 2011). Mengelola
Partai Politik (Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi.
Jakarta :Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Idrus, Muhammad. (2007). Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif &
Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.
Imdadun, Rahmat. (2008). Ideologi Politik PKS : Dari Mesjid Kampus ke Gedung Parlemen.
Yogyakarta : LKiS.
Masyhuri & M.Zainuddin.(2008)Metodologi Penelitian (Pendekatan Praktis dan Aplikatif). Bandung :
PT.Refika Aditama.
Moleong, Lexy. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nursal, Adnan. (2004). Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru
Kampanye Pemilihan DPR, DPD,Presoden.Jakarta: PT.GramediaPustaka
Rahman, H.I. (2007).Sistem
Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiono, Arif. (2013). Strategic Political Marketing (Strategi Memenangkan Setiap Pemilu
dengan Menempatkan Pemilih Sebagai Penentu Kemenangan. Yogyakarta :
Penerbit Ombak.
Sumber
Jurnal Ilmiah:
Andrias, Ali. 2013. Partai
Politik dan Pemilukada (Analisis Marketing Politik dan Strategi Positioning
Partai Politik dalam Pemilukada Kab.Tasikmalaya. Jurnal Ilmu Politik dan
Pemerintahan, Vol.1 No.3 : 352-372.
Gratton, Katherine. (2011). Pendapat
Perempuan tentang Perempuan dalam Duni Politik pada Era Reformasi dan Masa
Depan di Kota Malang. Skripsi
(ACICIS), Universitas
Muhammadiyah Malang.
Widiastuti, Wiwi. (2014). Strategi Pemenangan Ade Uu Sukaesih – Darmadji Prawirasetia
(Asih-Katadji) dalam Pemilu Wali Kota Banjar Periode 2013-2018. Tesis,
Universitas Diponegoro Semarang.
Terimkasih sudah berkunjung, mari berdiskusi di blog kami. Kajian Politik itu seru dan dinamis. Jadi, lihatlah disekeliling anda, fenomena politik akan senantiasa kita jumpai.
EmoticonEmoticon