Seperti apa yang
telah di uraikan sebelumnya, Ibnu Khaldun menjelaskan persoalan jatuh bangunnya
kekuasaan. Menurut pandangannya kekuasaan akan jatuh apabila melupakan
solidaritas kelompok pendukungnya, sebaliknya akan tetap bertahan selama
solidaritas tersebut tetap terjaga dengan baik. Solidaritas inilah yang
menggerakan dan mendorong orang untuk terus maju dan mencapai tujuan.
Perspektif Ibnu Khaldun
diatas penulis kira bisa digunakan sebagai tool of analysis runtuhnya
kekuasaan rezim Orde Baru, dalam pandangannya, kekuasaan yang dijalankan oleh
Orde Baru ini adalah tipe kekuasaan yang dominatif, dan refresif. Masyarakat di bawah
kekuasaan seperti ini akan hidup dalam tekanan rasa takut. Kondisi seperti ini
bisa menyebabkan hilangnya ashabiyah suatu kelompok masyarakat terhadap
pemimpin yang sebelumnya didukung. Seiring dengan itu, kekuasaannya pun menjadi
semakin terpusat, meninggalkan solidaritas rakyat sebagai modal politiknya dan
menggantikan solidaritas tersebut dengan tentara dan birokrasi sebagai basis
utama pendukungnya. Selain itu kekusaan Orde Baru telah tenggelam dalam gaya
hidup bermewah mewah, akibatnya kekuasaan kemudian tidak lagi berdiri atas
mandat rakyat, tetapi melalui kekuatan tentara dan birokrasi yang merekayasa
kekuasaan atas nama rakyat. Menurut Ibnu Khaldun, apabila sebuah kekuasaan
telah tenggelam dalam hidup bermewah-mewah dengan melakukan korupsi dan
penyitaan hak milik rakyat, maka 'ashabiyah yang semula mengantarkan nya
kepuncak kekuasaan negara segera akan hancur.
Apabila ashabiyah
yang dimiliki oleh penguasa telah melemah maka ia akan segera digantikan oleh
ashabiyah lain yang lebih kuat. Sekalipun dalam memperebutkan kekuasaan
Negara akan terjadi pertarungan antar tokoh dengan basis pendukung yang
berbeda-beda. Namun hanya tokoh yang mempunyai ashabiyah yang kuatlah yang bisa
merebut kekuasaan. Ashabiyah yang paling kuat terbentuk melalui penggabungan
dari beberapa ashabiyah yang kecil. Atau, seorang pemimpin yang mempunyai
ashabiyah lemah melakukan koalisi antar ashabiyah lemah yang lain membentuk ashabiyah
yang lebih kuat.
Disini, dapat
disimpulkan bahwa setidaknya ada tiga hal dalam persfektif Ibnu Khaldun
yang menyebabkan jatuhnya kekuasaan Orde Baru, yaitu pertama, karena
kekuasaannya semakin terpusat; kedua, meninggalkan ashabiyah rakyat dan menggantikanya
dengan tentara dan birokrasi sebagai basis utama pendukung kekuasaannya semakin
terpusat; dan ketiga, karena kekuasaan Orde Baru tenggelam dalam kemewahan
dengan melakukan korupsi dan merampas hak rakyat.
Tidaklah heran bila
fenomena yang sekarang terjadi adalah maraknya gerakan separatisme yang
‘menggugat’ integrasi wilayah republik Indonesia. Lepasnya Timor Timur dari
wilayah negara kesatuan , tuntutan merdeka di beberapa daerah, pengibaran
bendera GAM, di Aceh, munculnya gerakan separatis Papua Merdeka di bumi Papua,
dan berbagai gerakan separatis lainya, adalah bukti nyata betapa lemahnya
solidaritas nasional kita.
Terimkasih sudah berkunjung, mari berdiskusi di blog kami. Kajian Politik itu seru dan dinamis. Jadi, lihatlah disekeliling anda, fenomena politik akan senantiasa kita jumpai.
EmoticonEmoticon