Wednesday, November 25, 2015

Jenis - Jenis Konflik





Jenis - Jenis Konflik - Konflik yang kita temui sehari-hari dapat kita bedakan berdasarkan jenis konfliknya, aktor yang terlibat dalam konflik menjadi penentu jenis konflik yang terjadi. Terdapat beberapa ilmuan sosial yang mengemukakan pendapatnya tentang jenis-jenis konflik. Berikut ini jenis-jenis konflik menurut para ahli.


Menurut Dahrendorf (dalam Ramlan Surbakti, 1992:40). Konflik dibedakan menjadi 4 macam :
- Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan 
  dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role).  
- Konflik kelompok terorgarnisir dan tidak terorganisir (polisi melawan masa). 
- Konflik antar satuan nasional (kampane, perang saudara) 
- Konflik antar atau tidak antar agama. 
- Konflik antar politik.

Sementara Paul Conn (dalam Ramlan Surbakti, 1992:153-154) mengemukakan bahwa Konflik Politik dikelompokan menjadi dua tipe. Kedua tipe ini meliputi konflik positif dan negatif. Yang dimaksud dengan konflik positif ialah konflik yang tak mengancam eksistensi sistem politik, yang biasanya disalurkan lewat mekanisme penyelesaian konflik yang disepakati bersama dalam konstitusi. Mekanisme yang dimaksud ialah lembaga-lembaga demokrasi, seperti partai politik, badan-badan perwakilan rakyat, pengadilan, pemerintah, dan forum-forum terbuk yang lain. Tuntutan akan perubahan yang diajukan oleh sejumlah kelompok masyarakat melalui lembaga-lembaga itu merupakan contoh konflik positif. Sebaliknya, konflik negatif ialah konflik yang dapat mengancam eksistensi sistem politik yang biasanya disalurkan melalui cara-cara nonkonstitusional, seperti kudeta, saparatisme, terorisme, dan revolusi. .(dalam skripsi Helmi, Fuad, 2011 :16-17). 

Katagori ini mengandung kelemahan. Apabila mayoritas masyarakat memandang lembaga dan struktur yang ada tidak mencerminkan kepentingan umum maka konflik yang disalurkan melalui mekanisme politik justru dipandang sebagai konflik yang negatif. Sebaliknya, tindakan yang menentang sistem yang tidak mencerminkan kepentingan umum dipandang sebagai konflik yang positif.

Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa untuk menentukan suatu konflik bersifat positif atau negatif sangat bergantung pada persepsi kelompok yang terlibat dalam konflik, terutama pada sikap masyarakat umum terhadap sistem politik yag berlaku. Dalam hal ini, yang menjadi patokan untuk menentukan suatu konflik bersifat positif atau negatif, yakni tingkat legitimasi sistem politik yang ada. Hal ini dapat dilihat dari dukungan masyarakat umum terhadap sistem politik yang berlaku.

Sehubungan dengan Konflik positif dan negatif, sesungguhnya masyaraat dapat dikelompokan menjadi dua tipe. Pertama, masyarakat yang mapan. Artinya, masyarakat yang memiliki dan mendayagunakan struktur kelembagaan yang diatur dalam konstitusi. Kedua, masyarakat yang belum mapan. Artinya, masyarakat yang belum memiliki struktur kelembagan yang diatur dalam konstitusi, selain tidak didukung oleh sebagian masayrakat, juga belum berfungsi sebagaimana mestinya. (Surbakti, Ramlan, 2010:195-196).

1 comments so far

Terimkasih sudah berkunjung, mari berdiskusi di blog kami. Kajian Politik itu seru dan dinamis. Jadi, lihatlah disekeliling anda, fenomena politik akan senantiasa kita jumpai.
EmoticonEmoticon